Sabtu, 31 Desember 2016

Welcoming 2017: New Year's Resolution

Hai happy readers..
Wah.. Banyak kosongnya ya.
Banyak males nulisnya daripada rajinnya. I'm sorry baru sempet nyapa sekarang.

Well. Sekarang tanggal 31 Desember. Yup, saatnya menulis resolusi akhir tahun. Tapi sebelumnya kita flashback dulu ke resolusi taun kemarin yaa.

Jadi resolusi saya tahun kemarin ada 3. Memantapkan hati, dapet kerjaan tetap (pns), dan mengembangkan skill mengajar saya.

Yang pertama alhamdulillah.....agak berhasil. Jadi saya sempet pacaran sama seseorang (sebut saja mas pay) kemudian kita putus karena sesuatu hal yang sebenernya nggak kita inginkan. Bukan, bukan karena saya nyeleweng lagi. Intinya sepertinya dia yang nggak cocok sama saya. Lalu 2 bulan setelah itu, saya dilamar sama teman baik saya. Ya... Dia saya anggap teman baik saya dari dulu. Dan seharusnya saya menyadari dan mendengarkan kata kakak saya, kalau orang seperti dia hanya bisa kita anggap sebagai teman baik, tidak lebih. Pertunangan kami tidak berjalan lancar. Pernikahan yang dijadwalkan pada bulan Desember, batal di bulan September. Ya, officialnya sih, batal November kemarin. Tapi saya sudah memutuskan tidak berhubungan dengannya sejak September.

Kenapa kok batal? Kenapa ep? Gak nyesel?
Untuk cerita mendetailnya gak perlu saya ceritain, ya.... Atau boleh langsung menghubungi saya. Tapi yang jelas, cerita dari saya dan dari mantan saya pasti beda. Tidak ada yang salah, karena apa yang kami rasa dan kami pikirkan berbeda.

Terus sekarang sama siapa, ep?
Emmmm...... Di akhir Oktober kemarin, saya nonton konser Efek Rumah Kaca, sama....mantan. Ahaa. Iya, sama mas pay. Seru banget suasananya. Sebelum saya diantar ke kos temen (numpang tidur di kos Angga. Dia sahabat buaaaiik pas kuliah yang sekarang lagi lanjutin S2. Say hello dulu.), dia menawarkan untuk mencoba melanjutkan hubungan kita yang dulu tidak berhasil. Iya, hubungan yang bikin kita berdua sama-sama nggak bisa move on. Akhirnya sampe sekarang sama dia lagi.

Ehm. Sudah. Jadi cerita cinta. Back to the topic.

Resolusi kedua, nggak ada tes seleksi CPNS. Aha. Jadi tidak bisa terealisasi.

Resolusi ketiga, tentang pengembangan skill mengajar. FYI, pada tahun ajaran 2016/2017 seperti yang sudah saya ceritakan, selain mengajar kelas 12 MA saya juga mengajar kelas 7 MTs, merangkap sebagai wali kelas. Dan astagaa.....lelahnya. Tapi tetap semangat. Dan by the way, saya juga menerima jadwal les di rumah. Kebetulan ada salah satu siswa saya kelas 9 yang berhasil mencapai rangking pertama di kelasnya. Dan dia udah gak sabar buat les lagi. Yey!

So,  *tepuk tangan dulu* untuk resolusi mendatang.....

1. Tetep, mantepin hati aja. Hahaha. Mungkin lebih tepatnya ke sabar nunggu ya. Nunggu dilamar mungkin. Udah terlanjur sayang (bingit), jadi nunggu pun nggak masalah. Pasti ada yang bilang saya bodoh, atau apa karena nungguin yang nggak pasti. Tapi masa bodo lah. Saya sudah pernah dijanjiin yang katanya pasti, toh ujung2nya juga putus.

2. Resolusi kedua jadi bimbang. Apa saya harus ikut tes CPNS? Untuk membahagiakan orang tua? Apa saya tidak bisa membahagiakan mereka dengan cara lain saja? Saya takut terlalu sibuk, dan jadi kehabisan waktu buat hal-hal yang nantinya jadi kewajiban saya. Terutama mengembangkan diri dan jadi lebih bermanfaat buat orang lain. You know lah.

3. Yang ketiga, tetep. Mengembangkan skill mengajar. Selain mengajar, juga skill jadi ibu rumah tangga. Yok, belajar masak terus, ep!

Sampun, ya. Saya sudah diteriakin buat mandi. Salam 😊

Kamis, 01 Desember 2016

Aku Ada

Song by : Dewi Lestari (featuring Arina Mocca)

Melukiskanmu saat senja
Memanggil namamu ke ujung dunia
Tiada yang lebih pilu
Tiada yang menjawabku
Selain hatiku dan ombak berderu

Di pantai ini kau slalu sendiri
Tak ada jejakku di sisimu
Namun saat ku tiba
Suaraku memanggilmu
Akulah lautan kemana kau selalu pulang

Jingga di bahuku
Malam di depanku
Dan bulan siaga
Sinari langkahku

Ku terus berjalan
Ku terus melangkah
Ku ingin ku tahu engkau ada

Memandangimu saat senja
Berjalan di batas dua dunia
Tiada yang lebih indah
Tiada yang lebih rindu selain hatiku
Andai engkau tahu

Di pantai itu kau tampak sendiri
Tak ada jejakku di sisimu
Namun saat kau rasa
Pasir yang kau pijak pergi
Akulah lautan memeluk pantaimu erat

Jingga di bahumu
Malam di depanmu
Dan bulan siaga
Sinari langkahmu

Teruslah berjalan
Teruslah melangkah
Ku tahu kau tahu aku ada

Jingga di bahumu
Malam di depanku
Dan bulan siaga
Sinari langkahku

Teruslah berjalan
Teruslah melangkah
Ku tahu kau tahu aku ada

Ku terus berjalan
Ku terus melangkah
Ku tahu kau tahu aku ada

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Suka banget lagu ini dari beberapa tahun yang lalu, guys. 😊
Dan musiknya seirama sekali dengan suasana hati di malam yang diguyur gerimis ini.

Hei kamu, aku rindu.

Rabu, 21 September 2016

The Green Stuff On The Teeth

Halo
Hai
Halo
Selamat pagi
Selamat siang
Selamat sore
Selamat malam

Maaf, jarang posting. Jadwal mengajar semakin banyak dan berbanding lurus dengan jadwal mempersiapkan pernikahan (yang akhirnya batal). Hiks. Gapapa. Santai.

Anu guys. Saya bingung mau mulai darimana. So....

Pernahkah kita berada di suatu kondisi saat kita baru menyadari bahwa apa yang selama ini kita percaya, kita yakini, kita lakukan, ada cela-nya? Kondisi saat orang lain pointed out cela kita? Dosa kita? Atau yang paling remeh, kebiasaan yang menurut kita biasa saja tapi ternyata dianggap buruk oleh yang lain? Semacam prang (suara gelas pecah), pertahanan akan keyakinan kita hancur saat orang lain mengatakan hal (bisa fakta atau opini) bahwa itu salah. Itu dosa. Itu gak baik. Ganggu banget. Pernah?



Mungkin peribahasa "kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak" itu benar. Bukan mungkin, sih. Tapi memang benar adanya. Sering kejadian. Itu juga kenapa kita diminta buat berserah diri pada Allah minimal lima kali sehari. Selain buat "curhat", juga buat refleksi. Bukan pijat ya, tapi refleksi diri. Benar-benar antara diri dan sang Pencipta saja. Tidak ada yang lain. Itupun kadang juga sering ada luputnya. Kadang shalat ya asal shalat saja. Tidak tuma'ninah karena dikejar waktu atau (yang katanya) kewajiban penting lainnya.

Oke back to the topic. Kalau dari saya, mungkin cela yang dibilang orang tadi sama seperti the green stuff on the teeth. Iya, ijo-ijo di gigi. Abis sarapan sayur bayem, bayemnya dibanyakin, eh gak tau kalo ada bayem yang nyangkut di sela-sela gigi. Terus keliatan gitu kalo dipake ngomong. Baru sadar di siang hari saat jam istirahat siang dan kebetulan ngecek muka apa tambah kinclong setelah sholat dhuhur.

"Lhoh? Itu apaan?" *sambil buru-buru ambil ijo-ijonya*
"Duh daritadi ngomong sama siapa aja, ya?" *sambil mikir-mikir*
"Kok nggak ada yang bilang, sih? Dibiarin aja aku kayak gini? Pada jahat banget." *mulai nyalahin orang*

Saya sepertinya sering di kondisi seperti itu. Bukan, maksud saya bukan kondisi makan sayur bayem terus nempel sisa bayem atau cabe di gigi. Tapi saya melakukan hal yang tidak sepantasnya tapi saya sendiri tidak menyadarinya. Mungkin bukan saya saja, ya. Mungkin umum dialami oleh semuanya, tapi yaaaa entahlah sih. Haha. Kalau saya sendiri mungkin bisa dari tone bicara saya. Entahlah, sering fals. Sering bikin orang salah paham. Dan memilih pasangan juga. Udah dibilang jangan sama yang itu, tapi ngotot nerusin sama yang itu. Kan gini jadinya. #eh #malahcurhat

Saudara kembar saya, adalah orang yang sering mengingatkan kalau ada ijo-ijo di gigi saya (kali ini ijo-ijo beneran). Saya pun juga gitu. Karena kami sama-sama paham kalau itu harus diomongin. Mungkin alesannya, saya ikut malu kalau dia malu-maluin. Dia juga sebaliknya! Hahaha! Nggak, jadi setiap kali kami mengritik satu sama lain, selalu diberikan solusi yang baik (meskipun kadang ada yang nggak terima). Kenapa? Karena kita mengritik untuk membangun. Bukan asal.

Nah, sekarang coba kondisinya dibalik. Kalau kita liat teman atau seseorang yang lain punya green stuff on their teeth, apa yang bakal kita lakukan? Bilang? Atau nggak?

Katanya sih, kalau sayang ya bilang.

Haha, maksud saya kalau itu baik untuk teman kita, kita harus bilang? Supaya mereka bisa improve atau memperbaiki kebiasaan buruk itu (contohnya saya tadi mengubah tone bicara jadi lebih lembut dan lemah gemulai kayak cewek tulen). Tapi?

Tapi..................

Ada dua kemungkinan lagi kalau kita mengatakannya pada yang bersangkutan.
Satu, dia berterima kasih pada kita karena kita mengatakannya untuk kebaikan dia. Dan dia mulai improving.
Dua, dia malah jadi down. Iya, karena dia baru tahu bahwa yang dia jalani dan yakini selama ini salah. Tapi sebenarnya yang kedua bisa dihindari dengan memberikan solusi yang pas dari kita guys. Nah! Ini.....yang susah. Tergantung kita mau mikirin solusinya juga atau nggak. Kalau kita teman yang baik, ya kita pikirkan juga dong. Mau memberi kritik tanpa solusi buat bantu temen kita improve? Ya untuk apa. Membuang-buang energi kita, dan bisa jadi mutus tali silaturahmi. Dan harus diingat, untuk apa kita mengkritik, jika tujuannya hanya untuk membuat orang lain merasa buruk? Mungkin gitu sih.

Rabu, 10 Agustus 2016

Secangkir Kopi Hangat Malam Ini

Nggak ada sih.
Mungkin happy readers  lagi ngarep buat baca inspirasi apa yang saya dapet dari secangkir kopi hangat malam ini. Tapi enggak, sih. Nggak juga, sih.

Sekarang saya sedang ditemani kopi hangat di kamar, mendengarkan beberapa alunan musik dari Noel dan Efek Rumah Kaca dengan volume sedang. Pikiran lagi agak ruwet. Entahlah mungkin saya ingin cerita sedikit.

Sudah beberapa minggu saya mengajar pada tahun ajaran 2016/2017 di madrasah. Tahun ini saya tidak hanya mengampu kelas 12 IPA di MA, tapi juga kelas 7 MTs. Bayangkan. Saya mengajar angkatan paling muda dan angkatan paling tua. Jam terbang yang menurut saya cukup tinggi ini memaksa saya untuk setiap hari menguras otak untuk persiapan materi IPA kelas 7 dan kimia kelas 12. Belum lagi saya mengajar 3 kelas putra, dan mendapat tanggung jawab sebagai wali dari kelas yang kebetulan memang anak-anaknya sangat AKTIF. Ditambah dengan jadwal memberi bimbingan belajar sore hari di rumah (privat) maupun di primagama. Saya harus mempersiapkan materi bimbingan pelajaran IPA, Matematika, dan Bahasa Inggris kelas 8/9. Juga pelajaran kelas 10-12 mata pelajaran Kimia.

Kelihatannya emang berlebihan, bahasa jawanya kemaruk. Yaa bagaimana lagi. Mengajar di sekolah, karena memang pihak yayasan "minta tolong" pada saya untuk mengajar full MTs dan MA. Begitu pula dengan memberi bimbingan di rumah. Orang tua anak-anak SMP di lingkungan sekitar rumah (yang awalnya saya juga nggak kenal) tiba-tiba dateng ke rumah "minta tolong" supaya anaknya di-les-in. Mau nolak juga sungkan, namanya diminta tolong. Saya utak-atiklah jadwal saya yang sebenernya sudah padet itu sambil motong sana sini jadwal buat ketemu si itu #eh

Sebenernya bukan itu yang lagi saya renungkan dan keluhkan sekarang. Saya baru saja mengoreksi hasil ulangan anak-anak kelas XII IPA dari sekolah. Dan hasilnya....lumayan mengecewakan. Berbeda dengan tahun lalu yang sepertinya masih banyak angka 60 dan 70. Kali ini malah ada beberapa siswa yang tidak dapat mencapai 2 digit. Oke fix. Cara mengajar saya yang salah.

Kemudian merenung lagi.
Kemudian nggak mood nulis lagi.
Udah deh.
Huft.
Sruput kopi aja dulu.

Kamis, 23 Juni 2016

Ramadhan Mubarak

Duh, kayaknya judul postingannya udah telat banget ya. Haha. Iyaaaa. Selamat hari keeeee *ngitung tanggal dulu* delapan belas puasa...! Jangan tanya udah bolong berapa yaa #eh #gaksombong
Semoga amal ibadah kita senantiasa dilancarkan dan diridhoi Allah. Apalagi di bulan ini pahala2nya lagi dilipat-gandain. Nambah-nambah ibadah-lah yaa... dan kurangin gosipin orang.

Sepertinya judul untuk postingan ini lebih tepatnya adalah "Ramadhan Terberat Sepanjang Sejarah Hidup Saya." Iya, terberat. Udah kerasa banget warna-warninya sejak hari pertama. Apalagi bulan Ramadhan tahun ini adalah puasaan yang insya Allah puasaan terakhir dengan status single #asek. Saya mau cerita dulu yaa.

Jumat, 03 Juni 2016

Apa, ya?

Pertanyaan ini muncul dalam benak saya sore ini. Apa itu hidup?

Sebagian orang yang menolak disebut kapitalis pun sebenarnya tetap saja. Berkutat dengan pekerjaan-pekerjaan yang menyita waktu, demi menghidupi diri sendiri, atau keluarga, atau anak istri saat weekday dan bersantai di rumah atau jalan-jalan ke berbagai tempat dengan judul #ngetrip biar dibilang update saat weekend. Tidak munafik juga, banyak yang berpusat pada quote "duit bukan segalanya, tapi SEGALANYA BUTUH DUIT"

Dari sini pertanyaan muncul...

Sabtu, 28 Mei 2016

Penjelasan (2)

Sebenarnya memang betul apa yang dikatakan Tere Liye seperti yang saya kutip di postingan sebelumnya. Kita tidak perlu menjelaskan sesuatu kepada orang yang tidak butuh penjelasan, apalagi penjelasan tentang diri kita.Tapi saya sedang ingin sharing saja tentang pandangan saya.

Jadi sudah banyak cowok (cewek juga, tapi kebanyakan cowok) yang nanya waktu dulu saya jomblo, kenapa saya lama nggak pacaran? Dan saya memang bilang, saya nggak mau pacaran. Saya lagi nunggu orang yang bener-bener serius (mau menjaga dan berbagi cinta sejati) sama saya. Serius di sini maksudnya, ya nggak pake pacar-pacaran. Kalau mau berhubungan ya silakan datang ke rumah, bicara 8 mata sama saya dan orang tua saya.

Jumat, 06 Mei 2016

Saat Ini

Mungkin benar, kita hidup saat ini. Belajar dari pengalaman beribu detik di masa lalu yang terlewati. Bekerja, belajar, bernafas. Tak pernah puas. Sulit merasa impas. Bahwa apa yang kita dapat di masa lalulah yang membentuk diri kita sekarang. Kita menginginkan lebih, dan kadang masih timbul penyesalan.

Masa depan memang tidak bisa dipastikan. Masa depan memang sulit diprediksikan. Saat ini mungkin kita bisa memutuskan. Tapi belum tentu kita bisa memutuskan masa depan. Satu yang tetap ada, harapan.

Harapan untuk tumbuh dan berkembang. Harapan bahwa kita di masa depan pasti lebih baik dari yang sekarang. Apakah kita harus egois tentang ini? Atau apakah kita harus berbagi harapan kepada orang2 yang mungkin kita anggap "penting"?

Mungkin kita pernah menjanjikan kepada seseorang, kepada orang tua, misalnya. Kita akan jadi orang sukses nantinya. Tidak akan membuat mereka kecewa. Yaa mungkin memang mereka sudah sepatutnya berharap seperti itu tentang kita. Lah gimana, wong kita anaknya. Secara langsung dan nggak langsung pun pasti pernah tercetus bahwa kita akan membuat mereka bahagia dengan cara yang diinginkan mereka.

Nah. Saat ini. Kita belum apa-apa. Membahagiakan orang tua saja belum bisa. Apalagi orang "penting" tadi. Haruskah kita egois tentang ini? Menyimpan beribu harapan yang kita untai sendiri? Menghindari kekecewaan yang mungkin datang kalau tidak berhasil kita eksekusi?

"Mungkin tidak saat ini. Mungkin lain kali."

Apakah itu sebuah pernyataan egoisme?

Minggu, 01 Mei 2016

Penjelasan

Kita tidak perlu menjelaskan sesuatu kepada orang yang tidak menginginkan penjelasan tersebut. Seperti air yang dituang ke dalam mangkok yang tertutup, airnya tidak akan masuk. Tidak akan tertuang ke dalam mangkok. Tumpah, meluber kemana-mana. Kita sendiri yang harus membersihkan.

<<Tere Liye

Kamis, 28 April 2016

Pura-Pura Pura-Pura Bahagia

Kali ini di tulisan ini saya pingin bahas lebih dalam tentang diri saya. Bukan bermaksud untuk menjelaskan apapun kepada siapapun. Sebenernya saya jadikan blog ini juga sebagai media untuk mengenal diri saya sendiri.  Kalau di antara happy readers ada yang menganggap ini mengada-ada atau pencitraan, ya silakan. Terserah. Bebas.

Entah kenapa saya ini boleh dibilang orang yang JUJUR. Iya, saya nggak pinter bohong. Kata orang, bohong untuk kebaikan itu dianjurkan. Tapi saya sepertinya kurang sependapat. Saya lebih baik diem daripada bohong. Saya lebih baik senyum-senyum daripada ngomong yang nggak sesuai dengan kenyataan. Saya lebih baik putus sama pacar daripada mendem perasaan ke orang lain. #eaaa

Saya baru sadar tentang ini saat mantan #ehm saya tanya, “kok bisa samean jujur banget ke orang tuanya samean? Gimana caranya?” #BOOM Iya. Gimana caranya? Saya sendiri juga gak tau. Saya melakukannya begitu saja. Kayak waktu bapak saya beli hape sama saya yang harganya 600ribuan, diminta bilang ke ibuk harganya 300ribuan. Pas ditanya ibuk harganya berapa, saya jawab, “tanya bapak aja.” Ya karena saya nggak mau bohong.

Atau waktu kita janjian sama temen, pasti ada salah satu temen yang pas ditanya udah dimana, bilangnya “OTW”. Padahal kadang masih di rumah, di kasur, dimanalah. Itu ngapain, sih? Sekalipun masih di rumah nggak bakal kita tinggal, kan udah janjian. Cuman bakal kena omelin dikit sama saya dan temen-temen lainnya ntar. Tinggal iya-in aja sih. Kan emang situ salah, telat. Selesai. Ngapain bohong?

Dan kebiasaan nggak bisa bohong ini, pun, kalau dibiarkan ternyata bisa aneh. A.K.A. Menyakitkan. Ya kalau kejujuran yang saya sampaikan adalah hal yang baik, kalau tidak? Malah bisa menyakiti hati orang lain. Ini salah satu keburukan saya. Suka asal nyeplos. Ya kadang jujur, kadang asal. Tapi beneran nggak bermaksud buat nyakitin siapa-siapa. Maafkan kalau ada yang tersinggung sama kata-kata saya, ya.

Dan lagi, saya termasuk orang yang nggak bisa nyembunyiin ekspresi. Kalau saya lagi seneng, heboh. Kalau saya lagi sedih, murung. Kalau suka, keliatan sukanya. Kalau nggak suka, keliatan banget nggak sukanya. Kalau lagi jatuh cinta? Keliatan gilanya. Dan kadang semua hal itu saya lakukan tanpa saya sadari.

“Gak, lah, Ep. Semuanya ya kamu lakuin secara sadar. Cuman kamu aja yang nggak bisa ngontrol.”

Mungkin quote tersebut benar. #quotedaridirisendiri

Saya aja yang nggak bisa ngontrol. Ini yang harusnya dibenerin. Untuk masalah nggak bisa bohong, oke gak papa asal nggak bikin orang sakit hati. Cuman kalau masalah pengekspresian diri dan emosi, rupanya masih perlu dikontrol.

Kemarin saya dikasih tahu OB di kantor saya (yang juga pembaca setia blog ini *wink), kalau udah beberapa minggu ini cara ngajar saya jadi beda. Saya banyak murungnya. Nggak seceria dulu sebelum punya pacar. Ah, damn. Saya nggak sadar kalau saya berubah gitu. Tapi bisa aja dia cuma ngelebih-lebihin, sih. Ya tapi emang iya, galau, resah, dan bimbang. Mungkin kurang piknik. Atau apa?


Ah, penyebab tidak penting. Yang penting adalah cara mengatasinya supaya siswa saya nggak bosen diajar guru baper. Mungkin ini saatnya buat pura-pura pura-pura bahagia. Melatih kemampuan buat bohong. (Bohong ke diri sendiri? Udah jago kalo itu sih) Bohong demi kebaikan. Berpura-pura untuk pura-pura bahagia. Aslinya? Ya bahagia. Jadi bohong? Nggak juga, sih. Let's go. Bahagia dimulai dari diri sendiri. Jangan harapkan kebahagiaan itu datang dari orang lain. Sabar, syukur, ikhlas. Bismillah.

Jumat, 22 April 2016

Generalisasi yang Spesial

Kita adalah makhluk spesial. Iya spesial karena di muka bumi nggak ada yang nyamain kita. Meskipun sama-sama manusia, pasti ada aja yang beda. Secara umum dulu deh, kira-kira kayak video ini:


Hehehe. Seru videonya #jareku

Nah, dari video itu (yang sebenernya purposenya adalah Bhinneka Tunggal Ika) kita bisa tau bahwa habit orang satu dengan orang lainnya berbeda-beda bahkan dari hal yang paling sepele. Hal lainnya yang bikin kita beda apa? Gen? Iya gen juga beda-beda. Tapi mungkin tidak pada fenomena kembar identik (dengan catatan salah satu tidak mengalami mutasi genetik). Sidik jari akan berbeda. Sifat dan kebiasaan kita pun ada saja yang berbeda. Tidak ada manusia di bumi ini yang diciptakan benar-benar sama. Pasti banyak dari kita yang sudah mengetahui hal ini.

Selasa, 19 April 2016

Akar Serabut (Farewell)

“Mas, di Lumajang ada tempat nongkrong lucu. Pengen ngajakin samean kesana. Kapan main ke Lumajang?”

Dulu, sempet bilang gitu ke (mantan) gebetan. Posisi saat itu, saya baru pulang dari penjait saya di daerah Sentul, Lumajang. Terus ke timur sampe di Jalan Semeru (barat perempatan Klojen), tolah-toleh liat ada tempat nongkrong yang (keliatannya) unik banget dari jalan. Sebagian temboknya ada yang cuma dilapisi wallpaper handmade dari koran. Kursi kayu bercat hitam yang keliatan vintage-vintage gimana gitu. Perabotan dan aksesoris dari bahan daur ulang. Meskipun tempatnya tidak terlalu luas (bisa dibilang terbatas), tapi dinaungi pohon gede yang bikin suasana jadi adem. Nama tempat itu “Akar Serabut.”
  

Minggu, 10 April 2016

Mbak e Ngilang

Mungkin semacam kayeye ya. Di-iya-iyain aja gitu. Koyok iyo iyo o. Kayak udah bener aja. Sok-sok-an ngebet kawin.

Mungkin postingan-postingan sebelumnya banyak bullsh*it-nya. Sok bijak. Sok bener. Sok minta dikawinin. Padahal selama ini yang jadi kendala sepertinya ada di saya sendiri. Kenapa malah nggak mau sama yang udah siap? Kenapa nggak mau sama yang ngajak serius? Kenapa 'klik'nya malah sama yang 'belum' siap tapi serius? Bukan. Itu bukan tanda supaya saya cari lagi yang 'klik', serius, dan 'siap'.

Itu bisa jadi merupakan tanda dari Allah kalau saya sendiri yang belum siap.

- Opo se? Aku lho ancen ngene-ngene iki.

- What? Emang mana ada calon yang mau sama kamu yang 'ngene-ngene iki' ep?

Rabu, 06 April 2016

Kapan Nyusul?

Hai, selamat pagi untuk belahan bumi yang lagi pagi. Sudah lama nggak nyapa. Iya, tepat satu bulan saya nggak bikin postingan sama sekali. Sebenernya ya nggak sibuk-sibuk banget. Sibuknya sama seperti biasa. Cuman, sumpah ini ide pada lari kemana. Muncul ide, mikir-mikir dulu mau nulis.

Ini penting nggak sih buat di-share?

Worth it nggak sih buat dibaca?

Nggak bikin yang baca abis-abisin waktu, kan?

Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang membuat saya mengurungkan niat untuk menulis. Hasilnya malah jadi nggak produktif. Padahal sudah komit buat nulis blog minimal sekali seminggu. Oke. Saya memutuskan nulis lagi aja. Semoga worth it buat yang baca. (Ini beneran lho, doanya. Dan semoga kita semua dilindungi Allah. Amin J)

Supaya produktif lagi, postingannya yang agak baper aja #eh

Sabtu, 05 Maret 2016

Pasti Kangen

Seminggu ini saya agak kalut, guys. Kalut gara-gara temen kerja saya di bimbel tiba-tiba memutuskan untuk resign. Saya gak paham alasannya apa. Tau-tau dia udah ngobrol ke manajer secara official kalau dia resign. Sedihnya lagi dia nggak kasih tau saya. Saya malah tahu kabar ini dari orang lain.

Pasti ada yang beranggapan, “biasa ae loh!” atau “emang sering yang kayak gitu udah biasa.” Dan remeh-temeh lainnya. Saya juga nggak akan bilang, “lho, ini beda. Gak kayak orang-orang resign biasanya.” Karena memang sebenarnya resign dari tempat kerja emang biasa terjadi. Dan nggak sedikit teman-teman saya yang resign dari bimbel tersebut. Yang bikin kalut adalah....saya kenal dia selama sekitar 1 ½ tahun di bimbelan tersebut, dan kami berempat benar-benar dekat menjadi sahabat atau saudara seperjuangan dari awal. Saya ceritain dulu, ya.

Jumat, 19 Februari 2016

Beretika saat Berkendara, Mulai dari Yang Sederhana

Mungkin sebagian besar dari yang baca blog saya ini sudah punya SIM. Surat Ijin Mengemudi maksudnya ya, bukan Surat Ijin Menikah #eh. Dan buat yang bener-bener dapet SIM-nya pake jalan yang bener (bukan tembakan), mungkin udah pernah baca buku peraturan lalu lintas atau gambar rambu lalu lintas lengkap sama artinya dari agenda pramuka. Tapi enggak sedikit dari orang-orang yang udah licensed buat turun ke jalan raya ini melanggar peraturan lalu lintas baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Yang tidak tertulis maksudnya adalah etika, tata krama, sopan santun. Saya abis dapet pengalaman disgusting di jalan. Dan sebel banget sampe sekarang. Oke well....

Senin, 15 Februari 2016

Foto Couple

Halo happy readers!
Udah lama nggak ketemu. Sudah lama sepertinya saya nggak posting. Maaf sudah membuat menunggu. Mau saya sempetin buat nulis tapi belum sempet. Maklum jadwal ngajar semakin padat tiap harinya karena juga harus memberi les tambahan anak kelas 12 di sekolah yang semakin mendekati tanggal UN. Semoga mereka mendapat apa yang mereka harus dapatkan selama 12 tahun bersekolah. Bukan sekedar nilai, tapi juga pelajaran-pelajaran kehidupan. Jadi belum sempat menyapa dengan tulisan-tulisan nggak penting. Hiks. Padahal kangen berat *cium satu-satu* (oiya, barusan cuma excuse, sebenernya sibuk kenchan #plakk oke lain kali kita kencan blogging lagi *wink*)

Long weekend yang lalu, kebetulan cowoknya kembaran dateng. Domisili dia ada di luar kota, jadi mereka bisa ketemu pas long weekend aja. Maklum udah sama-sama sibuk nyari sangu buat nikah. Doakan saja yang terbaik untuk mereka. Amin.

Oya, back to the case. Nah, dengan berkunjungnya cowoknya kembaran ke rumah, akhirnya kembaran saya bikin agenda buat double date ke sana-sini. Hobi dia mah, gitu. Dan yang nggak ketinggalan adalah: sesi foto-foto. Heem, hobi favoritnya kembaran adalah minta difotoin sama saya. Karena tujuan utama dia beli kamera adalah biar kameranya dipake sama saya buat fotoin dia. Akhirnya itu kamera punya siapa tapi yang megang siapa. But still, foto dia jadi nayamul #ehm #sombong

Ini beberapa hasil fotonya. Yaa cuma hasil prosumer, bukan SLR jadi ya cuma gini. Yuk, siapa lagi yang pengen difotoin? Saya hobi motret yang couple2 begini mah. :)

Rabu, 03 Februari 2016

Mbolang ke Cuban Sewu

Agak ragu sebenarnya, nama dari objek wisata ini Cuban Sewu atau Tumpak Sewu. Waktu saya diajak teman ke tempat ini, dia bilang ngajaknya ke Tumpak Sewu. Tumpak Sewu memang nama yang populer di kalangan orang Lumajang sini. Sedangkan Cuban Sewu, mungkin lebih populer di daerah Malang. Cuban dan Tumpak memiliki makna yang sama yaitu air terjun. Kan...bahasanya nambah lagi, ya? Ada antrukan, cuban, coban, tumpak, jurug. Bhinneka Tunggal Ika-lah ya. Walau berbeda-beda tetap satu. Artinya tetap satu, air terjun. :D

Cuban Sewu, Lumajang

Sabtu, 30 Januari 2016

Seriusan.... Lagi Apa?

Hei, lagi apa?
 
Sering banget kita baca kalimat itu di aplikasi chatting yang bertebaran. Jujur, saya termasuk dari segelintir manusia yang nggak suka ditanya pertanyaan itu. Kok bisa nggak suka? Enggak suka aja. Hmmmm.. Bukan gitu juga mungkin ya.

Jujur, saya sudah terlalu banyak mendapat pertanyaan semacam itu. Lagi apa? Lagi ngapain? Ngapain sekarang? Terus sekarang lagi apa? Kamu dimana? Dengan siapa? Sedang berbuat apa? (hayooo baca sambil nyanyi) Iya itu dulu pas saya masih punya pacar yang posesif. Dan pengalaman itu juga yang mungkin bikin saya skeptis sama pertanyaan serupa yang muncul di notif wa, bbm, line, messenger, dll. Dan kemudian saya melakukan survey sama setiap orang-orang nanyain saya ‘lagi apa?’ Kenapa sih, kok kepo banget sama hidup saya? Mau ngapain kek, kan terserah saya. Jadi alasan mereka di antaranya adalah:

Sabtu, 23 Januari 2016

Hujan Sunny

Di Lumajang sedang musim hujan. Tapi hujan yang turun nggak sederas tahun-tahun lalu. Hujan tahun ini hujan php. Iya, hujan-enggak-hujan-enggak. Hujan yang turun pun cuma gerimis kecil-kecil, tapi banyak. Hujan yang kalau turun nggak bikin tanah basah, tapi tetep bikin basah kita yang sengaja berlama-lama di luar ruangan. Mari kita sebut saja fenomena ini “Hujan Sunny”. Hujan gerimis yang kayak di film Cinta Pertama (Sunny) yang diperanin sama BCL dan Ben Joshua. (film favorit pas SMP, nih! :p)

Kamis, 21 Januari 2016

Ngomongin yang Dulu

Ngomongin yang dulu. Iya, yang dulu-dulu. Yang dulu kita sering ketemu. Yang dulu kita selalu ngobrol bareng nggak kenal waktu. Yang dulu selalu nyempetin buat nelfon buat tanya ini-itu.
Kadang kangen sih, sama yang dulu. Sama kita yang dulu. Yang becandanya gak pake malu-malu. Yang ketawa bareng-bareng di lab padahal habis mecahin sesuatu. Yang kalo lagi susah kita saling bantu. Ya mungkin bukan bener2 bantu, minimal bikin hati jadi enggak terlalu sendu. Selalu mencoba kasih pandangan atau solusi begini-begitu. Dan kondisi dulu nggak pernah sebegini kaku.

Aku tahu. Mungkin kamu bukan kamu yang dulu. Setiap orang pasti berubah dan itu semua cuma masa lalu. Aku pun tahu. Berubah jadi lebih baik itu perlu. Meninggalkan yang buruk pun begitu. Tapi saat aku rasa kamu mulai menjaga jarak denganku. Aku mulai berpikir bahwa aku tidak terlalu baik bagimu. Apakah benar begitu?

Sebenarnya aku siapamu? Yang aku tahu aku adalah temanmu. Aku tahu temanmu tidak cuma aku. Dan kamu juga temanku. Aku merasa (atau memaksakan diri) seperti itu hingga saat kau ungkapkan perasaanmu. Tapi sekarang bukan saat yang tepat untuk menyatakan komitmen denganku. Aku tidak tahu. Apakah kita berubah hanya karena hal itu.

Yang perlu kamu tahu, mungkin kamu tidak bisa mengatakan kepada wanita tentang perasaanmu yang seperti itu. Karena tidak akan sama lagi perasaanku sebagai temanmu. Jika aku meng-iya-kanmu, atau perasaanku sama denganmu, akan muncul naluri kewanitaanku. Yang mungkin kamu rasakan adalah aku mulai mengekangmu. Tidak memberikan kebebasan padamu. Padahal aku hanya temanmu. Tapi ingat, kamu sudah mengatakan padaku tentang perasaanmu. Itu mungkin secara tidak sengaja adalah caraku membalas apa yang telah kau katakan kepadaku.

Kalau aku tidak meng-iya-kanmu, atau perasaanku tidak sama denganmu, pertemanan kita juga tidak mungkin sama lagi dengan yang dulu. Aku akan mulai menjauh. Karena mungkin risih dengan keberadaanmu. Iya, ini memang jalan buntu.

Lalu kenapa seperti itu? Kalau kamu masih sama dengan yang dulu, tidak mungkin aku merindukan kita di masa itu.

(ditulis Bulan Agustus 2015)

Sabtu, 16 Januari 2016

Bapak Berrompi Hijau Itu

Sore itu saya baru selesai mengajar di bimbel tempat saya bekerja. Waktu menunjukkan pukul 17.40 ketika itu, saya mengemudikan motor saya untuk mampir sebentar di Ind*maret sebelah kantor. Dua hari setelah itu, saya akan melakukan perjalanan ke kota Jogja sendirian. Jadi saya pikir perlu-lah saya belanja sedikit untuk jaga-jaga camilan dan obat yang mungkin saya perlukan untuk ke Jogja. Saya belanja pada hari itu karena besoknya saya mempunyai jadwal mengajar yang padat, dari pagi sampai sore hari. Sehingga saya sempatkan hari itu untuk belanja keperluan saya sepulang kerja.

Saya masuk ke dalam mini market tersebut dan mengambil beberapa jajanan (iya, memang suka jajan), satu botol fresh tea apel, vitacimin, dan satu botol UC1000 rasa lemon. Setelah mengambil beberapa belanjaan lainnya, saya melangkah ke kasir. Ada dua orang di antrian kasir tersebut. Dan seperti biasa, antriannya nggak jelas. Sebenernya di indom*ret ini antriannya ke arah mana? Tegak lurus sama meja kasir atau sejajar? Saya sudah pernah menegur kasir indomaret beberapa minggu yang lalu, karena nggak jelas gini. Waktu itu sedang ramai, antrian saya diserobot terus. Kasirnya diem-diem aja. Akhirnya saya tegur untuk lain kali mengarahkan pembeli dalam mengantri.

Dan lagi-lagi sekarang antriannya juga nggak jelas, meskipun cuma ada dua orang, tapi cukup menyulitkan saya mau berdiri buat ngantri di sebelah mana dari mereka. Saya berdiri kebingungan di belakang perempuan yang belanja bulanan dan bapak paruh baya yang memakai rompi hijau neon seperti petugas parkir. Dan saat saya hendak membuka mulut buat tanya sama mbak kasirnya, tiba-tiba bapak berrompi hijau tersebut menoleh ke arah saya sambil tersenyum. Beliau tersenyum hangat sekali, agak mendongak, karena sepertinya saya lebih tinggi daripada beliau, mengingatkan saya pada almarhum pakdhe saya.

Main-main Ke Festival Of Light, Kaliurang

Festival of Light adalah sebuah acara yang diselenggarakan di Gardu Pandang, Kaliurang pada tanggal 12 Desember 2015 sampai dengan 31 Januari 2016. Kegiatan ini di antaranya berisi Festival Lampion bertajuk Jurrasic Lantern, Festival Kuliner, Magic Contest, Live Music, Pesta Kembang Api, Pawai Budaya, Festival Penjor, dan lampiron dari rumah-rumah warga kaliurang yang dapat dinikmati dari pukul 16.00 sampai dengan 23.00 di Gardu Pandang. Hanya dengan retribusi Rp15.000,00 (weekday) dan Rp20.000,00 (weekend), momen spesial menonton keindahan lampion dan rangkaian acara lainnya dapat dinikmati bersama orang-orang terdekat. (sumber: @ayodolan)


Nah, udah dapet gambaran dari acara ini? Baiklah. Karena minggu lalu (9/1) saya sudah berhasil sampe sana sendiri, saya ingin berbagi sedikit cerita saat saya jalan-jalan di Festival of Light tersebut. Boleh?

Jumat, 15 Januari 2016

How To (...)

“Pak, rokoknya mbok ya dikurangin, Pak. Kesehatannya, lho,” saya menatap sekilas ke arah Bapak. Bapak yang saya bilangin, masih santai menghisap rokoknya. Sambil tetap memandang ke depan. Pagi itu kami duduk-duduk di teras. Kembaran saya duduk di kursi sebelah Bapak, sedangkan saya duduk di lantai, bersandar pada tiang besi bercat hijau, sambil asyik motongin kuku. Kebiasaan merokok Bapak kami memang bisa dibilang parah. Dalam satu hari beliau bisa menghabiskan lebih dari 2 kotak rokok Su**a, termasuk merk rokok untuk perokok berat (katanya sih).

Hening sesaat. Kami tahu Bapak sangat tidak suka ketika kami menyinggung bahasan ini. Jika sudah begini, kadang Bapak yang sedang menikmati hangat dan sepetnya rokok, langsung pindah tempat menjauh dari kami. Dengan tersenyum kecut, bilang, “Sudah tahu Bapak merokok, kenapa dekat-dekat?”

Tapi tidak untuk pagi itu. Bapak melanjutkan kegiatan merokoknya sebentar. Saya melanjutkan memotong kuku sebentar. Kembaran saya entah duduk sambil ngelamun apa.

“Ini juga sudah dikurangin,” kata Bapak tiba-tiba. Kami berdua langsung menoleh, memperhatikan dengan mata berbinar.

Solo-Traveler Gagal

Mungkin sudah beberapa pembaca yang menunggu postingan saya ini, ya. *pede banget* yang sudah nontonin postingan saya di instagram atau di DP bbm, mungkin udah pada tau kalo saya abis main ke Daerah Istimewa Yogyakarta selama 2 hari. Dan sendirian. Dan temen-temen pada minta oleh-oleh postingan blog. Dan baru sempet nulis tentang itu hari ini. Hehe gomen :)

Rabu, 06 Januari 2016

Duh, Kejatuhan Daun!

Meng’aduh’ karena kejatuhan daun? Apanya, sih? Padahal cuma daun. Apanya yang di-aduh-in?

Jadi begini. Saya cerita dulu, ya. Beberapa waktu lalu saya sedang di luar. Naik motor sendirian. Entah habis ada urusan apa, saya lupa. Tapi yang saya ingat, karena saya lagi nggak buru-buru, saya sempatkan muter-muter jalanan di Kota Lumajang tersayang (nggak pake kata cinta, takutnya cinta-cintaan!). Hobi saya memang gitu, kalo ada waktu kosong. Saya suka mengendarai motor saya dengan kecepatan 40-45 km/jam. Tidak terlalu lambat, tidak terlalu cepat. Pagi itu saya memacu kendaraan sambil menikmati hawa Lumajang yang dingin-dingin gimana gitu karena memang lagi pagi. Sambil menonton aktivitas orang-orang yang sedang bersiap untuk aktivitas hari itu, yang kebetulan saya lagi libur. Sambil menyapa matahari pagi dengan senyum. Sambil menikmati kesendirian di motor juga. Iya-iya! Jomblo. Puas?


Senin, 04 Januari 2016

Antrukan Bodang Sudah Dibuka

Sudah pernah mendengar objek wisata di Kab. Lumajang bernama Antrukan? Sebenarnya objek wisata yang bernama Antrukan yang berarti air terjun tersebut, sudah lama menjadi objek wisata yang bertempat di desa Bodang, kecamatan Padang, kabupaten Lumajang. Namun karena medan yang menuju ke situs kurang memadai, air terjun ini hanya dikunjungi oleh wisatawan lokal atau warga sekitar yang hendak memanfaatkan sungai untuk mandi atau mencuci baju. 
Sebenarnya begini, mungkin warga Bodang terbiasa menyebutnya antrukan karena tidak tahu kalo antrukan itu nama 'lumajang' dari air terjun. Mungkin belum ada nama official buat objek wisata ini, jadi kita sebut saja Antrukan Bodang dulu ya. Sepakat? Sepakat wes....


Minggu, 03 Januari 2016

Otaknya Lagi Gelap Aja!

Langsung saja biar nggak kepanjangan, beberapa hari lalu saya marah sekali. Baru juga ganti tahun. Tapi gini. Emosi. Marah. Seperti semua feeling dan darah direbus sampai mendidih. Bunyi ‘nguuuuuuukkkkkkkkk.......’ kayak mas-mas jualan putu lewat. Kemudian beberapa saat kemudian, saya menyesal. Menyesal sekali. Muenyuesual.


Jumat, 01 Januari 2016

Nyampah

Besar
Atau tidak besar
Kecil
Atau tidak kecil
Gelap
Atau tidak gelap
Terang
Atau tidak terang
Penting
Atau tidak penting
Sampah
Atau bukan sampah

Bukan
Iya
Tidak

Suka
Atau tidak suka
Benci
Atau tidak benci

Benar
Atau tidak benar
Salah
Atau tidak salah

Sudut pandang yang sama
Kadang bisa berbeda
Sudut pandang yang berbeda
Kadang maksudnya juga sama


Apasih.