Mungkin sudah banyak kita melihat, mendengar,
membaca, bahkan menceritakan cerita cinta dari buku, film, teman, saudara, dan
orang-orang lain yang kita kenal. Cerita tentang bagaimana pertemuan tokoh
laki-laki dan perempuan, bagaimana mereka menjadi dekat, bagaimana mereka
jadian, atau bagaimana mereka menikah. Tak sedikit cerita-cerita tersebut yang
membuat kita menitikkan air mata haru, tapi tak sedikit pula yang membuat kita
sebal, kesel, ikut marah, dan lainnya. Bahkan kita sendiri tentu pernah memiliki
kisah cinta sendiri. Pernah? Yaaa.. Kisah cinta-cintaan. Cinta-cintaan? Bukan
cinta beneran?
Kenapa cerita cinta yang ada di buku-buku,
film-film, cerita tentang bagaimana sepasang kekasih bertemu, cerita
teman-teman, saudara kita terlihat indah? Karena kadang ceritanya berakhir di
saat semuanya sedang indah-indahnya. Tentu tidak semua, tapi sebagian besar berakhir
saat sepasang kekasih tersebut jadian, pacaran, lamaran, atau pernikahan. Tidak
diceritakan saat kedua tokoh utama tersebut menjalani kehidupan mereka setelah itu. Toh, kalaupun mereka
akhirnya putus, bercerai, atau hidup dalam kehampaan dan keputusasaan, kita
sebagai pihak ketiganya tidak tahu.
Menurut saya dari situ tidak dapat dikatakan itu
cinta sejati. Tidak. Itu cinta-cintaan.