Kamis, 31 Desember 2015

Cinta Manis Kayak Gula

Mungkin sudah banyak kita melihat, mendengar, membaca, bahkan menceritakan cerita cinta dari buku, film, teman, saudara, dan orang-orang lain yang kita kenal. Cerita tentang bagaimana pertemuan tokoh laki-laki dan perempuan, bagaimana mereka menjadi dekat, bagaimana mereka jadian, atau bagaimana mereka menikah. Tak sedikit cerita-cerita tersebut yang membuat kita menitikkan air mata haru, tapi tak sedikit pula yang membuat kita sebal, kesel, ikut marah, dan lainnya. Bahkan kita sendiri tentu pernah memiliki kisah cinta sendiri. Pernah? Yaaa.. Kisah cinta-cintaan. Cinta-cintaan? Bukan cinta beneran?

Kenapa cerita cinta yang ada di buku-buku, film-film, cerita tentang bagaimana sepasang kekasih bertemu, cerita teman-teman, saudara kita terlihat indah? Karena kadang ceritanya berakhir di saat semuanya sedang indah-indahnya. Tentu tidak semua, tapi sebagian besar berakhir saat sepasang kekasih tersebut jadian, pacaran, lamaran, atau pernikahan. Tidak diceritakan saat kedua tokoh utama tersebut menjalani kehidupan mereka setelah itu. Toh, kalaupun mereka akhirnya putus, bercerai, atau hidup dalam kehampaan dan keputusasaan, kita sebagai pihak ketiganya tidak tahu.

Menurut saya dari situ tidak dapat dikatakan itu cinta sejati. Tidak. Itu cinta-cintaan.

Selasa, 29 Desember 2015

Acaranya Kekinian, Judulnya Loemadjang Djaman Doeloe (Part 3)

Minggu lalu saya nulis tentang main egrang, ya? Hehehe. Iya ini part terakhir cerita saya main di LDD. Jadi tidak usah protes lagi kenapa ceritanya kok kepanjangan. Dan iya, emang acaranya semacam MTD gitu, tapi ini di Lumajang. Di Lumajang. Clear? Oke kita lanjutkan perjalanan kita.

Setelah mengembalikan egrang dan ‘mengece’ anak-anak muda yang susah matiin TV kuno di booth tersebut, kami melanjutkan perjalanan ke alun-alun sebelah barat. Kami menemukan alat penggiling jagung. Terbuat dari batu yang berbentuk setengah lingkaran, cekung di tengahnya, dengan stik di atasnya yang arahnya tegak lurus dengan  batu tadi. Cara penggunaannya yaitu dengan cara diputar searah jarum jam. Jagung yang diletakkan di tengah cekungan tadi akan tergiling dan menjadi halus. Mas pay sama beberapa cowok lainnya sempet nyobain muter penggiling tersebut bareng-bareng. Karena tidak ada penjaga pada booth tersebut, jadi saya masih bertanya-tanya. Jagungnya yang sudah halus gimana cara ngambilnya?
 
pemutar vinyl dan gelas-gelas kopi

Kamis, 24 Desember 2015

Penasaran Sama Hand-Lettering

Penasaran sama hand-lettering:
Hai happy readers. Kurang lebih satu bulan yang lalu saya jalan-jalan ke Malang, sempat saya singgung sedikit di posting yang cerita tentang main piano di kafe. Saat malam harinya, saya sempetin pergi ke gramedia sama Angga. Pinginnya sih, beli novelnya Tere Liye yang 'Rembulan Tenggelam Di Wajahmu'. Tapi nggak dapet. Akhirnya saya cuma dapet 2 brushpen. Brush artinya sikat. Pen artinya bulpen. Jadi? Sikatnya bulpen? Atau bulpen yang bisa dipake sikatan (sikat gigi)?

Rabu, 23 Desember 2015

Revertigo

Pernah mendatangi acara reuni SD? Atau reuni SMP? Reuni SMA?

tampilan beda, kelakuan sama :D
  Jika pernah, coba diingat lagi. Beneran udah pernah? Eh, bukan. Coba diingat. Adakah salah satu teman yang nyeletuk seperti ini:

“Heeeehh.. Gendut! Kenapa sekarang udah kurus?”
“Wah, sudah sukses kamu, ya. Selamat ya.. Traktiran kapan-kapan dong!”
“Mana tunanganmu? Nggak dibawa?”
“Tambah cantik ya, kamu.” #cieeee

Tapi juga banyak celetukan seperti ini:

“Ya ampuuun. Anak ini masih sama aja kayak dulu, pecicilan!”
“Heh, kamu kok tetep gini aja sih?”
“Elu, tetep aja ngomongnya banyak. Nggak penting. Inget umurrrr. Hahaha.”
“Gaya doang yang beda. Bawa mobil, pegang iphone, tetep aja lemot! Hahaha.”

Selasa, 22 Desember 2015

Acaranya Kekinian, Judulnya Loemadjang Djaman Doeloe (Part 2)

Nah, lanjutan dari yang kemarin nih :) Karena soal tryout udah dapet 60 soal dari 130 soal, jadi mari kita lanjutkan yang part 2 hari ini. Di sela-sela bantu-bantu ibu masak buat maulud nabi besok. Karena request dari beberapa pembaca juga buat posting part 2-nya. Hehehe. Okelaaaahh..

Sampai dimana kita? Oya, sampe di foto bareng Demang, ya.

Nah setelah itu kami berniat buat pergi ke booth selanjutnya. Tapi ada yang bikin saya berhenti. Ada satu hal yang menarik perhatian saya. Di sebelah booth Demang tadi, ada alat musik tradisional gede, yang bahannya dari kayu, sedang dimainkan oleh bapak-bapak yang rambutnya sudah putih semua karena usia. Alunan musiknya merdu sekali, bikin adem meskipun hanya terdengar sayup-sayup. Iya sayup, karena suasana emang lagi rame banget malam itu. Saya ambil gambar pake kamera yang dari tadi saya bawa, sisa motretin temen saya tadi. Tanpa dikomando, temen saya yang sebut saja namanya ‘mas pay’, nyamperin duduk di sebelah bapaknya. Ngajak ngobrol. Sama seperti yang saya lakuin tadi ke Pak Demang. Iseng, saya rekam sekalian keasikan mereka pake video rec di kamera pinjeman.

anggap saja fokus

Senin, 21 Desember 2015

Acaranya Kekinian, Judulnya Loemadjang Djaman Doeloe (Part 1)

Satu lagi event yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang dalam rangka memeriahkan hari jadinya di bulan Desember tahun ini, yaitu acara bertajuk Loemadjang Djaman Doeloe. Acara ini dilaksanakan tanggal 19-20 Desember 2015. Peserta yang diwajibkan berpartisipasi adalah instansi daerah, kantor kecamatan, dan beberapa paguyuban tradisional lainnya. Dan di sini asiknya, acara ini bisa dihadiri oleh seluruh warga Lumajang secara gratis karena digelar di Lapangan Alun-alun Kabupaten Lumajang! Dress codenya juga ada, harus pake baju jadul juga. Dan saya sempat menghadirinya di hari pertama. Hore. ^^

Sabtu, 19 Desember 2015

Keinginan Sederhana Remaja yang Kita Harus Tahu

Remaja adalah masa-masa paling indah, katanya. Tapi masa remaja juga merupakan masa-masa paling banyak godaan. Sampe-sampe sebelum ke akhirat nanti kita bakal dikasih pertanyaan yang salah satunya, “Untuk apa kau menghabiskan masa mudamu?”

Berdasarkan survey yang sudah dilakukan (saya baca di buku yang saya lupa judulnya, lupa penulisnya, yah pokoknya bukunya best seller gitu deh di Amerika (lain kali bawa catetan, Ep! *pentung*)), orang dewasa menganggap remaja adalah sumber dari masalah. Mereka menganggap remaja itu sukanya hanya merusak saja, malas-malasan, berfoya-foya, melakukan hal yang tidak banyak manfaatnya, tidak mau dibilangi, dan semuanya yang jelek-jelek. Kemudian dalam survey tersebut dimunculkan pertanyaan, apakah para orang dewasa mengerti apa yang menjadi sebab dari tingkah remaja yang seperti itu? Dan ternyata kebanyakan dari mereka tidak tahu. Mereka bingung. Apalagi para orang tua, mereka merasakan perubahan pada anak mereka ke arah yang menurut mereka tidak baik. Tapi ternyata tidak sedikit dari mereka yang TIDAK MAU TAHU.

Les malah selfie
Jadi setelah saya baca-baca gratisan di togamas waktu itu, saya simpulkan. Sebenarnya ada bebeapa hal sederhana yang sebenarnya diinginkan remaja dari kita (para dewasa, sebagai orang tua atau guru yaa) atau bisa disebut tuntutan remaja untuk kita. Simak ya...

Kamis, 17 Desember 2015

Warna Warni Mengajar

Nah, kali ini saya mau cerita. Lagi? Kok cerita tok se, Ep....
Lah iya, mau berbagi cerita. Lagi sepi soalnya *nangis darah*

Jadi guru itu menyenangkan, teman-teman. Entah kenapa ya. Apa gara-gara ini cita-cita saya dari kecil? Apa karena dari sononya jadi guru itu memang ditakdirkan se-menyenangkan ini? Apa karena sejauh ini belum ada masalah-masalah yang signifikan? Hmmm.

Sudah terhitung dari bulan September (tepatnya akhir Agustus) saya mengajar di salah satu Madrasah Aliyah swasta di kota saya, Lumajang. Madrasah Aliyah (disingkat MA) itu setaraf SMA, tapi berbasis keagamaan gitu lho. Jadi mereka punya lebih banyak mata pelajaran agama dalam kurikulumnya, kayak fiqih, Qur’an Hadist, Sejarah Kebudayaan Islam, dll. Dan di sana juga ada pesantrennya yang muridnya mencapai ribuan. Ceritanya saya ngajar di sana bukan karena saya ngelamar di sana, tapi di sana lagi butuh guru pengganti kimia karena guru kimianya sedang cuti hamil. Sumpah baru dengar juga nama sekolahnya saat itu, dan baru tahu kalo di daerah itu ada sekolah dan pesantren segede itu. (Hehe pangapunten, Gus.)

Rabu, 16 Desember 2015

Mengapa Kita Takut?

Peringatan: artikel ini nggak menjawab pertanyaan itu sama sekali.

Kalau kita punya lima macam emosi, yang kita punya adalah rasa senang, sedih, marah, jijik, dan takut. Persis seperti yang ada di film “Inside Out”. Persis seperti kalimat-kalimat pertama pada novel “Pulang”-nya Tere Liye. Iya benar. Dalam hidup ini kita bisa merasa senang, sedih, marah, jijik, takut, semuanya diatur oleh kendali memori dengan bermilyar komponen yang bekerja secara bersama, berkelanjutan, sambung-menyambung, dengan kecepatan tinggi. Semua pengalaman hidup yang pernah kita kita lalui tersimpan dalam gudang memori besar dalam otak. Pertanyaan saya adalah:

“Mengapa kita punya rasa takut?”


Iya. Mengapa kita punya rasa takut? Takut karena apa? Takut akan sesuatu yang sudah terjadi? Tidak. Kita takut dengan sesuatu yang belum terjadi. Mengapa? Mengapa kita takut?

Senin, 14 Desember 2015

Melepas Lilin Harapan untuk Kali Asem Lumajang

Masih dalam suasana Harjalu (Hari Jadi Lumajang) ke 760, di kabupaten Lumajang tercinta masih diwarnai dengan event-event yang menarik. Kebanyakan eventnya diadakan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang yang kalender raksasanya bisa dilihat di sudut Alun-alun Lumajang (depan pendopo), tapi ada juga event-event yang diadakan oleh komunitas-komunitas anak muda lumajang. Salah satunya adalah event yang mau saya bahas ini, yaitu 1000 Lilin Harapan Kali Asem Harjalu 760.


Sabtu, 12 Desember 2015

Welcoming 2016: New Year's Resolution

Nggak kerasa banget udah mau tahun 2016, guys! Astaga. 2015 kayak cepet banget jalannya yah. Tau-tau udah Desember aja. Dan dalam waktu yang kurang dari sebulan, boom! 2016. Sudah saatnya menurunkan kalender di dinding pojokan ruang tengah dan menggantinya dengan yang baru. Gila. Kalender aja move on? Masak saya enggak?

Oke. Karena tahun lalu saya membuat resolusi yang enggak banget, tahun ini saya juga harus bikin resolusi yang lebih enggak banget juga.

Selasa, 08 Desember 2015

First Reaction: Nonton Attack On Titan

Happy readers, mungkin bosan ya, postingan-postingan saya kemarin-kemarin isinya baper melulu. Kali ini saya mau bahas yang sedikit beda, nih.

Wah? Beda gimana, Ep?

Nah, jadi gini. Beberapa hari yang lalu saya making such a conversation dengan seorang kakak tingkat saya di sebuah warung kopi. Kita sama-sama blogging waktu itu. Ya, sebenernya  dia berniat mau minta bantuan saya buat benerin templatenya dia yang nggak beres-beres sih. Tapi ternyata saya sendiri juga bingung gimana bantunya :p Tapi akhirnya ketemu juga solusinya. Ini blognya kebetulan masih baru. Semoga cepet bikin postingan yang bermanfaat. Idenya dia keren-keren. Gak kayak ide saya yan isinya baper melulu. Klik sini yaa.

Dan kemudian entah kenapa obrolan jadi nyasar ke One Piece. Saya juga gak terlalu inget. Apa gara-gara bahas gladiator di romawi jaman dulu atau gimana. (Kan di One Piece ada, tuh. Coloseum-coloseum-an). Lalu dia bilang sama saya untuk menonton anime ini, yang namanya Shingeki no Kyojin. Oke. Nggak pernah dengar sebelumnya.

Senin, 07 Desember 2015

Cerbung 1: Amplop Biru (Part One)

Karena masih ribet dengan beberapa ide yang terus bermunculan, bingung mau nulis yang mana dulu, ini ada cerita bersambung yang saya bikin beberapa minggu yang lalu. Hehehe. Nggak jelas, sih. Tapi biar blognya jadi agak rame aja gitu. Dibaca monggo (sekalian komentar ya haha). Dilewatin doang juga gak papa (komentar juga ya haha). Salam happy :*

Kamis, 03 Desember 2015

Hidup itu Seperti Melempar Batu

Hey, pernah nggak kamu ngerasa nggak berguna banget? Hidup kamu kerasa nggak guna. Kosong. Hampa. Apa sih yang kamu lakuin selama ini? Kok nggak ada hal gede yang sekiranya wow gitu. Pernah?

Hey, kamu pasti pernah ambil keputusan dalam hidupmu kan? Jangan yang gede-gede dulu yang dipikirkan. Maksud saya gini, coba pikirkan pagi ini kamu memutuskan bangun jam berapa. Pasti ada di antara kamu yang bangunnya terjadwal. Baik terjadwal oleh kebiasaan maupun terjadwal oleh alarm. Saya termasuk orang yang bangun paginya terjadwal oleh alarm. Dan saat alarm berbunyi, saya menentukan. Saya memutuskan saya akan memencet tombol snooze atau tombol stop.

Rabu, 02 Desember 2015

Jangan Lakuin 13 Hal ini (Guys) Kalau Kamu Nggak Mau Dibilang PHP!

“Haaaaah! PeHaPeeee!”
Iya. Siapa sih yang nggak sebel di-PHP-in? Udah lama-lama nunggu, main ati, makan ati, seneng, galau gak jelas beberapa lama, ternyata...


Emang PHP itu apaan sih, Ep?

Saya jelasin dulu ya, buat yang masih belum ngeh PHP itu apa. PHP itu singkatan dari Pemberian Harapan Palsu. Iya maksudnya kamu kasih sinyal-sinyal random ke dia. Kalau diibaratin perempatan lampu merah, yang nyala lampu ijo yang ke-ijo-ijo-an. Kamu nggak sadar sudah ngelakuin ‘Pemberian Harapan’ karena kamu memperlakukan semua cewek dengan sama, misalnya. Dia udah terlanjur baper, eh belakangan dia tahu ternyata kamu baik ke semua orang. Kan PHP. Plis, minimal kamu sebagai cowok ketahuilah rambu-rambunya, Guys. Mulai dari awal yak...

Nge-Ice Cream Sambil Jamming

Saya termasuk orang yang suka nongkrong sama temen-temen. Nongkrong di cafe untuk makan es krim. Jujur, karena nggak biasa makan di luar, jadi kalo ngafe jarang beli makanan berat. Sukanya es krim atau dessert lainnya. Nah waktu main ke Malang weekend yang lalu, saya nemu cafe idaman. Idaman? Kok bisa, Ep? Iya. Ada pianonya (>_<)8

Jadi sebenernya cafe ini punya cerita. Nama sebenernya Rumah Nyit-Nyot. Udah pada tau belum? Jaman saya PPL sama skripsian dulu, tempatnya deket banget sama kampus. Tepatnya di Jl. Terusan Surabaya, Malang. Buka dari jam 11 pagi - 10 malem. Meskipun tempatnya kecil, tapi saya suka banget menu dan suasananya.