Masih dalam suasana Harjalu (Hari Jadi Lumajang) ke
760, di kabupaten Lumajang tercinta masih diwarnai dengan event-event yang
menarik. Kebanyakan eventnya diadakan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang
yang kalender raksasanya bisa dilihat di sudut Alun-alun Lumajang (depan
pendopo), tapi ada juga event-event yang diadakan oleh komunitas-komunitas anak
muda lumajang. Salah satunya adalah event yang mau saya bahas ini, yaitu 1000
Lilin Harapan Kali Asem Harjalu 760.
sumber: 3.bp.blogspot.co.id |
Saya mulai mikir, iya juga. Kali asem ini merupakan
tolak ukur dari sistem persampahan (halah) yang ada di Lumajang. Dulunya di
kali ini banyak sedimen yang mengendap dan beberapa vegetasi yang sebenarnya
tidak terlalu menghalangi jalannya air. Tetapi saat dilakukan proses
pembersihan oleh pemerintah, pengerukan sedimentasi dan vegetasi yang kurang
menguntungkan, ditemukan tumpukan sampah yang selama ini tertutup oleh sedimen.
Iya, keadaannya jadi menyedihkan. Ternyata banyak warga Lumajang yang kurang
sadar terhadap kebersihan sungai. Pada bulan Agustus lalu juga sempat dilakukan
event “Green River Movement”, yaitu pembersihan sungai secara bersama-sama dari
berbagai kalangan. Beberapa organisasi pemuda seperti Gepala, Koplak, Raka,
sekolah-sekolah dalam kota, bahkan dinas dan tim SAR pun turut berpartisipasi dalam
kegiatan ini.
salah satu acara agustusan (sumber: lumajangsatu) |
Nah kembali ke acara yang tadi. Jadi setelah
mendapat broadcast tersebut, saya lumayan tertarik. Melepas lilin harapan?
Dengan mata berbinar saya membaca broadcast-nya, semacam dapet wangsit buat
membakar harapan-harapan yang sudah terukir. Eh, terus nyadar kalo salah fokus.
Itu maksudnya harapan buat kali asem, woy! Bukan acara bakar harapan alay gak jelas yang kamu pikirin itu!
*jedokin kepala ke bantal* Duh, ngajakin siapa ini ya? Dengan isengnya saya bbm
temen saya yang emang hits juga sama acara gini-gini. Dia yang ngurusin
@santaidilumajang (media partner).
Tapi di hari H yang emang ujan gerimis
rintik-rintik itu, kita sama-sama lupa kalau lagi ada event CANDIL (Gerak Jalan
dari Candipuro ke Lumajang. ouwoooooo jauh sekali teman-teman) yang bikin
jalanan dari rumahnya ke rumah saya macet. Jadilah saya berangkat sendiri
dengan mengajak saudara kembar saya dan 1 teman lagi buat ke sana. Mereka
berdua berangkat langsung dari tempat kerja. Mereka semangat sekali, padahal
mereka kerja dari pagi dan jam 19.00 saya baru mau berangkat dari rumah. Mereka
berdua nungguin saya di salah satu rumah makan japanese food cepat saji di
dekat venue event diadakan (dekat kali asem). Masih pake baju, tas, dan sepatu kerja, mereka antusias
menyambut saya dateng. Hiks. Saya terharu rek...
Sampai di sana, sudah cukup ramai jalanannya. Tentu
saja, hari itu ada beberapa event yang diadakan sekaligus. Ada Lumajang Tengger
Festival yang diadakan di Alun-alun, Candil yang finishnya juga di Alun-alun,
dan acara dari Gepala ini. Kami langsung menuju ke bagian registrasi di dekat
pintu masuk pinggir jembatan. Sebelum registrasi kami bertanya-tanya dulu
tentang event ini ke admin. Ini acara apa, sih? Buat apa?
Jadi begini penjelasannya (dari mbak-mbak yang saya
lupa buat nanya namanya), acara ini diperuntukkan buat kita yang masih punya
kepedulian terhadap mirisnya keadaan di kali asem. Memang kalinya lumayan
bersih sekarang, tapi kita tidak ingin keadaan yang seperti ini rusak oleh
tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Jadi event ini juga sebagai bentuk care kita terhadap sanitasi di Lumajang dan untuk
mempererat tali persaudaraan sebagai sesama warga Lumajang yang peduli dengan
alam Lumajang. Rangkaian acaranya juga kreatif. Pada awalnya kami
sebagai peserta akan registrasi dengan menyumbang sebesar Rp2.000,00 saja untuk
1 buah lilin. Setelah itu kami menuliskan harapan dan tanda tangan di reklame
board dekat pintu masuk. Foto-foto lucu sebentar #eaaa, kemudian memasuki
tempat acara (di kolong jembatan Kali Asem).
Kami bertiga masuk, disambut dengan alunan musik
dari anak-anak RAKA. RAKA adalah singkatan dari Rumah Kreatif Anak Lumajang
yang tempatnya saya lewatin setiap berangkat ke sekolah tempat saya mengajar.
Dan setiap lewat situ selalu tergoda buat berhenti, penasaran sama
karya-karyanya. Tapi tetep belum pernah kesampaian. Sok sibuk, sih! Kemudian
panitia mempersilakan kami untuk turun ke bantaran sungai. Disana panitia sudah
menyiapkan alas duduk seperti kardus dan karung sak karena rumputnya basah.
iye, sempet foto di kolong jembatan. tapi sumpah asik dan seru banget di bawah situ. ^^, |
Gerimis kecil-kecil. Kami agak khawatir sebenarnya,
takut ada ular atau binatang-binatang serem lainnya (saya takut sama binatang).
Tapi setelah mas-mas panitianya berkata sudah melakukan survey, kamipun
melangkah dengan tenang. Saya doang sih, yang tenang. 2 orang barengan saya itu
masih pake sepatu kerja. Fantofel. Sedangkan saya sudah pake cads. Bisa
dibayangin susahnya mereka jalan di tempat yang tidak-layak-dijalani-pake-sepatu-fantofel.
Kami tetap berjalan dan mencari tempat duduk sambil tertawa-tawa riang. Seperti
semua beban pekerjaan hari itu hilang. Musik dari Raka, rintik gerimis kecil,
dan suara gemericik air sungai saat itu sangat membantu. Oiya, dan teman-teman saya
yang dari @santaidilumajang tadi juga dateng di tengah-tengah panitia.
Setelah beberapa sambutan dari panitia, ternyata
masih ada penampilan dari anak-anak Raka, menyanyikan lagu mereka sendiri dan
satu lagu tentang Lumajang, yang anehnya saya baru dengar. Lagunya easy
listening banget. Saya sempat merekam potongan lagunya. Kemudian dilanjutkan
dengan pertunjukan pantomim bertema sama. Menarik sekali. Saya salut dengan
mereka, dengan usia yang terbilang masih muda (usia SMP-SMA) mereka berani
berkreasi. Mereka PUNYA WAKTU untuk berkarya. Sedangkan saya? Kita yang udah
generasi produktif? Seakan diam dan tidak punya suara. Salut pokoknya!
Sekitar pukul 20.30, barulah semua peserta digiring
(digiring?) ke tempat pengambilan lilin. Hanya ada cahaya lilin dan obor di
jalan menuju ke sana. Sesampainya di tempat pengambilan lilin, kami lihat lilin-lilin
tersebut disusun membentuk huruf-huruf Harjalu 760. Indah sekali, berpendar di tepi
sungai. Tidak lupa selfie buat mengabadikan momen hehehhee.
Masing-masing dari kami mengambil satu, dan dibawa
beberapa meter ke sebelah selatan untuk menghanyutkan lilin tersebut ke arah
utara. Sebelum menghanyutkannya, kami make a wish dulu. Meminta harapan untuk
kali asem. Saya memegang kamera, jadi saudara kembar saya minta untuk
menghanyutkan 2 lilin, satunya punya saya. Sebenarnya acara ini bukannya sirik
atau apa. Lilin di situ hanya simbolik, kok. Yang penting adalah cara kita
menyikapinya juga. Acara selesai dan kami bertiga pulang.
asline ada videonya, rek. tapi apa daya quota.... kapan2 ya :') |
Waktu awal-awal nulis di board harapan di pintu
masuk tadi, saya sempat bingung mau nulis harapan apa. Niat awal ke sini udah
dengan niat yang salah, membakar harapan. Hahaha. Jadilah saya hanya menulis, “Jadilah
seperti air yang mengalir di Kali Asem yang bersih.”
Whaaaaaat?!
Apaan itu maksudnya? Ya saya juga gak ngerti.
Sukses selalu untuk GEPALA dan RAKA. (dan
@santaidilumajang, jangan dilewatin pembahasan yang kayak gini-gini ini dong.
Bermanfaat juga, loh.)
Oiya, buat yang masih belum tahu @santaidilumajang,
silakan cek IG, youtube, dan blognya yaa. Itu saya yang nulis juga (dengan
editor mas Eko sih.. hehe). Terima kasih, guys! Selamat Hari Jadi Lumajang ke
760!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kasih masukan aja gak papa. Tambahin pendapat juga gak papa. Kalo ada pendapat lain sampein aja. Kritik aja juga gak papa. Terserah mau nulis apa deh, biar rame. Oke? *peluk cium dari header*