Rabu, 10 Agustus 2016

Secangkir Kopi Hangat Malam Ini

Nggak ada sih.
Mungkin happy readers  lagi ngarep buat baca inspirasi apa yang saya dapet dari secangkir kopi hangat malam ini. Tapi enggak, sih. Nggak juga, sih.

Sekarang saya sedang ditemani kopi hangat di kamar, mendengarkan beberapa alunan musik dari Noel dan Efek Rumah Kaca dengan volume sedang. Pikiran lagi agak ruwet. Entahlah mungkin saya ingin cerita sedikit.

Sudah beberapa minggu saya mengajar pada tahun ajaran 2016/2017 di madrasah. Tahun ini saya tidak hanya mengampu kelas 12 IPA di MA, tapi juga kelas 7 MTs. Bayangkan. Saya mengajar angkatan paling muda dan angkatan paling tua. Jam terbang yang menurut saya cukup tinggi ini memaksa saya untuk setiap hari menguras otak untuk persiapan materi IPA kelas 7 dan kimia kelas 12. Belum lagi saya mengajar 3 kelas putra, dan mendapat tanggung jawab sebagai wali dari kelas yang kebetulan memang anak-anaknya sangat AKTIF. Ditambah dengan jadwal memberi bimbingan belajar sore hari di rumah (privat) maupun di primagama. Saya harus mempersiapkan materi bimbingan pelajaran IPA, Matematika, dan Bahasa Inggris kelas 8/9. Juga pelajaran kelas 10-12 mata pelajaran Kimia.

Kelihatannya emang berlebihan, bahasa jawanya kemaruk. Yaa bagaimana lagi. Mengajar di sekolah, karena memang pihak yayasan "minta tolong" pada saya untuk mengajar full MTs dan MA. Begitu pula dengan memberi bimbingan di rumah. Orang tua anak-anak SMP di lingkungan sekitar rumah (yang awalnya saya juga nggak kenal) tiba-tiba dateng ke rumah "minta tolong" supaya anaknya di-les-in. Mau nolak juga sungkan, namanya diminta tolong. Saya utak-atiklah jadwal saya yang sebenernya sudah padet itu sambil motong sana sini jadwal buat ketemu si itu #eh

Sebenernya bukan itu yang lagi saya renungkan dan keluhkan sekarang. Saya baru saja mengoreksi hasil ulangan anak-anak kelas XII IPA dari sekolah. Dan hasilnya....lumayan mengecewakan. Berbeda dengan tahun lalu yang sepertinya masih banyak angka 60 dan 70. Kali ini malah ada beberapa siswa yang tidak dapat mencapai 2 digit. Oke fix. Cara mengajar saya yang salah.

Kemudian merenung lagi.
Kemudian nggak mood nulis lagi.
Udah deh.
Huft.
Sruput kopi aja dulu.