Mungkin sudah banyak kita melihat, mendengar,
membaca, bahkan menceritakan cerita cinta dari buku, film, teman, saudara, dan
orang-orang lain yang kita kenal. Cerita tentang bagaimana pertemuan tokoh
laki-laki dan perempuan, bagaimana mereka menjadi dekat, bagaimana mereka
jadian, atau bagaimana mereka menikah. Tak sedikit cerita-cerita tersebut yang
membuat kita menitikkan air mata haru, tapi tak sedikit pula yang membuat kita
sebal, kesel, ikut marah, dan lainnya. Bahkan kita sendiri tentu pernah memiliki
kisah cinta sendiri. Pernah? Yaaa.. Kisah cinta-cintaan. Cinta-cintaan? Bukan
cinta beneran?
Kenapa cerita cinta yang ada di buku-buku,
film-film, cerita tentang bagaimana sepasang kekasih bertemu, cerita
teman-teman, saudara kita terlihat indah? Karena kadang ceritanya berakhir di
saat semuanya sedang indah-indahnya. Tentu tidak semua, tapi sebagian besar berakhir
saat sepasang kekasih tersebut jadian, pacaran, lamaran, atau pernikahan. Tidak
diceritakan saat kedua tokoh utama tersebut menjalani kehidupan mereka setelah itu. Toh, kalaupun mereka
akhirnya putus, bercerai, atau hidup dalam kehampaan dan keputusasaan, kita
sebagai pihak ketiganya tidak tahu.
Menurut saya dari situ tidak dapat dikatakan itu
cinta sejati. Tidak. Itu cinta-cintaan.
Saya mengibaratkan cinta ini seperti gula. Ada gula
alami (gula asli) dan ada gula-gulaan #halah.
Gula alami
Gula alami atau yang sebenarnya dari dulu kita
sebut sebagai GULA, merupakan senyawa karbohidrat. Bisa gula pentosa yang
terdiri dari 5 atom C atau gula heksosa yang terdiri dari 6 atom C. Oke skip ke
gula yang biasa kita gunakan sehari-hari biar nggak pusing, ya. Gula tebu, atau
gula sukrosa (C12H22O11).
Pernah makan gula? Rasanya? Manis. Gula sukrosa
yang terdiri dari 2 macam gula kecil lainnya ini (glukosa dan fruktosa),
memiliki kemanisan yang tinggi. Lebih tinggi dari glukosa sendiri yang
sebenarnya benar-benar diperlukan oleh tubuh untuk pembentukan energi. Kita
suka merasakan manisnya gula. Bahkan kebanyakan makanan kita ditambah gula biar
manis (kalo saya sih, gitu).
Pernah coba manasin gula? Iya jadi gulanya itu
dimasukin wadah, terus dipanasin pake api. Apa yang terjadi, ya? Nah. Gula-gula
tadi akan mencair. Lumer, tapi tetap manis. Berubah warna menjadi cairan kental
yang bening. Dipanaskan lagi, akan berubah menjadi cairan kekuningan dengan
rasa manis dan aroma atau harum yang khas. Dipanasin lagi, Ep? Berubah warna
lagi menjadi kecoklatan. Dipanaskan lagi, menguap dan kadang meninggalkan
residu karbon berwarna hitam. Hangus. Nah kalau kita iseng tidak mengaduknya,
bakal ada bagian yang dipanaskan terlalu panas di bagian paling bawah. Itu yang
bakal coklat duluan, dan item duluan. Tapi hanya bagian itu saja, sayangnya
susah dibersihkan.
Gula-gulaan
Gula-gulaan di sini maksud saya adalah gula buatan.
Hahaha. Jadi berpuluh tahun yang lalu, ilmuwan mengembangkan penemuan tentang
gula buatan. Tepatnya pengganti gula. Senyawa yang berbeda, tapi dengan tingkat
kemanisan yang bahkan lebih tinggi dari gula. Saya ambil contoh sakarin.
Sakarin ini merupakan senyawa yang ditemukan
sebagai residu dari pabrik tar batubara. Rasa manisnya 300-500 kali dari
kemanisan gula tebu tadi. Jadi hanya sedikit kita menggunakannya, rasa manisnya
sudah luar biasa. Sampai-sampai BPOM juga mengeluarkan batas penggunaan sakarin
dalam bahan makanan adalah 4 mg per kg berat badan. Senyawa ini tidak berbahaya
jika digunakan sesuai aturan tersebut, karena tidak dicerna oleh tubuh. Tidak
dicerna, berarti keluarnya ntar juga sama, masih dalam bentuk sakarin. Tidak
dicerna, berarti benar-benar berfungsi sebagai pembuat rasa manis saja. Tidak
ada energi yang dihasilkan saat kita memakannya. Tidak berfungsi sebagai GULA,
karena gula yang membuat kita berenergi, hasil dari katabolisme karbohidrat
dalam tubuh menjadi CO2 dan H2O.
(sumber: tatangsma.com) |
Tentu berbeda dengan gula alami, sakarin tidak
stabil terhadap pemanasan. Jika dipanaskan sedikit, rasa manisnya akan berubah
menjadi pahit, bahkan seperti rasa logam. Saya masih belum nemuin kenapa jadi
rasa logam, tapi hipotesis saya ya gara-gara penemuannya dari industri tar
batubara itu tadi :3
Terus Ep, hubungannya sama cinta tadi?
Ituuuuu!
Cinta beneran atau cinta sejati, ya sifatnya
seperti gula alami tadi. Gula tebu. Yang terdiri dari glukosa dan fruktosa
tadi. Fungsinya jelas yaitu sumber pembentukan energi dalam tubuh. Manis itu
nilai plusnya. Dan manisnya pas. Bahagia yang kita rasakan karena kita ‘cinta
beneran’ juga akan pas dengan takarannya. Dipanasin? Ada masalah? Bermain api?
Itu semua bakal nambah cinta kita lebih berasa, lebih lumer, lebih fleksibel karena
dari situlah kita belajar. Itu kenapa gula kalo dikaramelin harus diaduk,
supaya tidak ada bagian yang ‘hangus duluan’. Cinta? Cinta itu memahami,
memahami kalo lagi ada masalah segera diselesaikan bersama. Semuanya. Jadi
tidak ada perasaan sakit yang mengendap.
Kalau mau tahan lama, setelah cinta mulai
kehilangan aromanya kayak gula karamel yang udah menjadi coklat, kita
dinginkan. Kita taruh di freezer keimanan. Semuanya memang butuh refresh. Cinta
juga. Jadi nggak cepet hangus. Contoh yang bisa dipake di cinta beneran ini ya cuma
terjadi kalau sepasang tokoh utama tersebut benar-benar memutuskan untuk
berkomitmen menjalani hidup bersama. Bukan cinta namanya kalau tidak bisa
berkomitmen. Dan masih sama seperti postingan-postingan dulu, cinta itu perbuatan
yang dirumuskan dalam fungsi waktu. Semakin lama dijalani, semakin tahu apakah
itu cinta beneran atau cinta-cintaan. :p
Cinta-cintaan itu, ya sifatnya sama seperti sakarin
tadi. Kita menganggapnya cinta, padahal bukan. Realnya adalah cinta yang pernah
kita alami di masa lalu dengan ex-es, lah. Dulu katanya cinta? Sekarang benci?
Sekarang udah nggak? Kok berhenti? Cinta sejati tidak begitu. Manisnya
dapeeeet, tapi bohong. Malah kita cuma dapet manisnya aja, energinya? Nol.
Dipanasin dikit, pait-pait-pait. Sakarin, gula-gulaan, cinta-cintaan itu belum
komitmen saja rasa manisnya terasa luar biasa. Padahal itu semua semu. Makanya
banyak orang yang tertipu.
duh, liatnya bikin ngiler. padahal gula-gulaan :D (sumber: hypescience.com) |
Saya memang belum pernah mencintai seseorang secara
cinta yang beneran cinta. << Iya karena masih single, nih. *kedip-kedip*
*lalu nangis darah* “Kenapa dia nggak sama aku, Ya Allah!?” *teriak di bawah
shower* *ditampar kembaran* Yang pernah merasakan, ya mereka yang menjaga
cintanya, meningkatkan levelnya menjadi komitmen. Melalui hari-hari berdua
bersama, saling mengerti, saling support, saling mengisi, saling melengkapi,
dan saat mentok nggak ada yang lain yang bisa diberikan lagi, yang mereka
lakukan hanya terus saling memberikan yang terbaik yang mereka bisa untuk
kebahagiaan bersama sampai akhir hayat. Sampai waktu yang membuktikan semuanya. Kayak bapak-ibu saya :) Nenek-kakek saya :). Dan pasangan lainnya
yang serupa. Itu cinta sejati namanya.
Jadi untuk kalian yang sekarang masih terjebak di
cinta-cintaan itu, termasuk pacaran, php-an, dan sejenisnya, mari buktikan
bahwa cinta kalian itu bukan cinta-cintaan. Buktiinnya harus dari kedua belah
pihak, lho ya. Hahaha. Maaf kalau menurut kalian analoginya nggak pas. Cuma
sedikit curhat saya, saya tulis yang lagi lewat aja. Kalau ada yang mau ditanyakan, silakan. Semoga kita segera
menemukan mereka yang mau berbagi cinta sejati dengan kita, ya. :)
Hahaha Asek.......
BalasHapusOoaaa...ooaaa....
Hapus:3
Nek sakarin d panaskan piye?
BalasHapusTerurai mas. Jadi pait ga manis lagi. Pait e ada rasa2 logam e ngunu.. pait pkok e :3 teros fungsine sebagai pemanis ilang~
HapusYa ampun... Segitunya ya... Smg kita terhindar dr hal sedemikian....
BalasHapus*opoya
Iya mangkane nek bikin nutrisari ditambahi gula beneran, ya. Biar gak menipu.. :p
Hapuskalok saya kebagian bahit nya terus
BalasHapusBerarti sakarin iku pittt ;) paleng
Hapus