Kamis, 31 Desember 2015

Cinta Manis Kayak Gula

Mungkin sudah banyak kita melihat, mendengar, membaca, bahkan menceritakan cerita cinta dari buku, film, teman, saudara, dan orang-orang lain yang kita kenal. Cerita tentang bagaimana pertemuan tokoh laki-laki dan perempuan, bagaimana mereka menjadi dekat, bagaimana mereka jadian, atau bagaimana mereka menikah. Tak sedikit cerita-cerita tersebut yang membuat kita menitikkan air mata haru, tapi tak sedikit pula yang membuat kita sebal, kesel, ikut marah, dan lainnya. Bahkan kita sendiri tentu pernah memiliki kisah cinta sendiri. Pernah? Yaaa.. Kisah cinta-cintaan. Cinta-cintaan? Bukan cinta beneran?

Kenapa cerita cinta yang ada di buku-buku, film-film, cerita tentang bagaimana sepasang kekasih bertemu, cerita teman-teman, saudara kita terlihat indah? Karena kadang ceritanya berakhir di saat semuanya sedang indah-indahnya. Tentu tidak semua, tapi sebagian besar berakhir saat sepasang kekasih tersebut jadian, pacaran, lamaran, atau pernikahan. Tidak diceritakan saat kedua tokoh utama tersebut menjalani kehidupan mereka setelah itu. Toh, kalaupun mereka akhirnya putus, bercerai, atau hidup dalam kehampaan dan keputusasaan, kita sebagai pihak ketiganya tidak tahu.

Menurut saya dari situ tidak dapat dikatakan itu cinta sejati. Tidak. Itu cinta-cintaan.

Saya mengibaratkan cinta ini seperti gula. Ada gula alami (gula asli) dan ada gula-gulaan #halah.

Gula alami
Gula alami atau yang sebenarnya dari dulu kita sebut sebagai GULA, merupakan senyawa karbohidrat. Bisa gula pentosa yang terdiri dari 5 atom C atau gula heksosa yang terdiri dari 6 atom C. Oke skip ke gula yang biasa kita gunakan sehari-hari biar nggak pusing, ya. Gula tebu, atau gula sukrosa (C12H22O11).
   
(sumber: organiksmakma3b21.com)
 Pernah makan gula? Rasanya? Manis. Gula sukrosa yang terdiri dari 2 macam gula kecil lainnya ini (glukosa dan fruktosa), memiliki kemanisan yang tinggi. Lebih tinggi dari glukosa sendiri yang sebenarnya benar-benar diperlukan oleh tubuh untuk pembentukan energi. Kita suka merasakan manisnya gula. Bahkan kebanyakan makanan kita ditambah gula biar manis (kalo saya sih, gitu).

Pernah coba manasin gula? Iya jadi gulanya itu dimasukin wadah, terus dipanasin pake api. Apa yang terjadi, ya? Nah. Gula-gula tadi akan mencair. Lumer, tapi tetap manis. Berubah warna menjadi cairan kental yang bening. Dipanaskan lagi, akan berubah menjadi cairan kekuningan dengan rasa manis dan aroma atau harum yang khas. Dipanasin lagi, Ep? Berubah warna lagi menjadi kecoklatan. Dipanaskan lagi, menguap dan kadang meninggalkan residu karbon berwarna hitam. Hangus. Nah kalau kita iseng tidak mengaduknya, bakal ada bagian yang dipanaskan terlalu panas di bagian paling bawah. Itu yang bakal coklat duluan, dan item duluan. Tapi hanya bagian itu saja, sayangnya susah dibersihkan.

Gula-gulaan
Gula-gulaan di sini maksud saya adalah gula buatan. Hahaha. Jadi berpuluh tahun yang lalu, ilmuwan mengembangkan penemuan tentang gula buatan. Tepatnya pengganti gula. Senyawa yang berbeda, tapi dengan tingkat kemanisan yang bahkan lebih tinggi dari gula. Saya ambil contoh sakarin.

Sakarin ini merupakan senyawa yang ditemukan sebagai residu dari pabrik tar batubara. Rasa manisnya 300-500 kali dari kemanisan gula tebu tadi. Jadi hanya sedikit kita menggunakannya, rasa manisnya sudah luar biasa. Sampai-sampai BPOM juga mengeluarkan batas penggunaan sakarin dalam bahan makanan adalah 4 mg per kg berat badan. Senyawa ini tidak berbahaya jika digunakan sesuai aturan tersebut, karena tidak dicerna oleh tubuh. Tidak dicerna, berarti keluarnya ntar juga sama, masih dalam bentuk sakarin. Tidak dicerna, berarti benar-benar berfungsi sebagai pembuat rasa manis saja. Tidak ada energi yang dihasilkan saat kita memakannya. Tidak berfungsi sebagai GULA, karena gula yang membuat kita berenergi, hasil dari katabolisme karbohidrat dalam tubuh menjadi CO2 dan H2O.

(sumber: tatangsma.com)
Tentu berbeda dengan gula alami, sakarin tidak stabil terhadap pemanasan. Jika dipanaskan sedikit, rasa manisnya akan berubah menjadi pahit, bahkan seperti rasa logam. Saya masih belum nemuin kenapa jadi rasa logam, tapi hipotesis saya ya gara-gara penemuannya dari industri tar batubara itu tadi :3

Terus Ep, hubungannya sama cinta tadi?
Ituuuuu!
Cinta beneran atau cinta sejati, ya sifatnya seperti gula alami tadi. Gula tebu. Yang terdiri dari glukosa dan fruktosa tadi. Fungsinya jelas yaitu sumber pembentukan energi dalam tubuh. Manis itu nilai plusnya. Dan manisnya pas. Bahagia yang kita rasakan karena kita ‘cinta beneran’ juga akan pas dengan takarannya. Dipanasin? Ada masalah? Bermain api? Itu semua bakal nambah cinta kita lebih berasa, lebih lumer, lebih fleksibel karena dari situlah kita belajar. Itu kenapa gula kalo dikaramelin harus diaduk, supaya tidak ada bagian yang ‘hangus duluan’. Cinta? Cinta itu memahami, memahami kalo lagi ada masalah segera diselesaikan bersama. Semuanya. Jadi tidak ada perasaan sakit yang mengendap.

Kalau mau tahan lama, setelah cinta mulai kehilangan aromanya kayak gula karamel yang udah menjadi coklat, kita dinginkan. Kita taruh di freezer keimanan. Semuanya memang butuh refresh. Cinta juga. Jadi nggak cepet hangus. Contoh yang bisa dipake di cinta beneran ini ya cuma terjadi kalau sepasang tokoh utama tersebut benar-benar memutuskan untuk berkomitmen menjalani hidup bersama. Bukan cinta namanya kalau tidak bisa berkomitmen. Dan masih sama seperti postingan-postingan dulu, cinta itu perbuatan yang dirumuskan dalam fungsi waktu. Semakin lama dijalani, semakin tahu apakah itu cinta beneran atau cinta-cintaan. :p

apa mungkin ini gara-garanya kita gunakan panggilan sugar, sweetheart, honey buat pasangan kita? gara-gara manisnya atau gara-gara energinya kira-kira ya? hmmmm ^^,
(sumber: chicagoathleticclubs.blogspot.com)
Cinta-cintaan itu, ya sifatnya sama seperti sakarin tadi. Kita menganggapnya cinta, padahal bukan. Realnya adalah cinta yang pernah kita alami di masa lalu dengan ex-es, lah. Dulu katanya cinta? Sekarang benci? Sekarang udah nggak? Kok berhenti? Cinta sejati tidak begitu. Manisnya dapeeeet, tapi bohong. Malah kita cuma dapet manisnya aja, energinya? Nol. Dipanasin dikit, pait-pait-pait. Sakarin, gula-gulaan, cinta-cintaan itu belum komitmen saja rasa manisnya terasa luar biasa. Padahal itu semua semu. Makanya banyak orang yang tertipu.

duh, liatnya bikin ngiler. padahal gula-gulaan :D
(sumber: hypescience.com)
Saya memang belum pernah mencintai seseorang secara cinta yang beneran cinta. << Iya karena masih single, nih. *kedip-kedip* *lalu nangis darah* “Kenapa dia nggak sama aku, Ya Allah!?” *teriak di bawah shower* *ditampar kembaran* Yang pernah merasakan, ya mereka yang menjaga cintanya, meningkatkan levelnya menjadi komitmen. Melalui hari-hari berdua bersama, saling mengerti, saling support, saling mengisi, saling melengkapi, dan saat mentok nggak ada yang lain yang bisa diberikan lagi, yang mereka lakukan hanya terus saling memberikan yang terbaik yang mereka bisa untuk kebahagiaan bersama sampai akhir hayat. Sampai waktu yang membuktikan semuanya. Kayak bapak-ibu saya :) Nenek-kakek saya :). Dan pasangan lainnya yang serupa. Itu cinta sejati namanya.

Jadi untuk kalian yang sekarang masih terjebak di cinta-cintaan itu, termasuk pacaran, php-an, dan sejenisnya, mari buktikan bahwa cinta kalian itu bukan cinta-cintaan. Buktiinnya harus dari kedua belah pihak, lho ya. Hahaha. Maaf kalau menurut kalian analoginya nggak pas. Cuma sedikit curhat saya, saya tulis yang lagi lewat aja. Kalau ada yang mau ditanyakan, silakan. Semoga kita segera menemukan mereka yang mau berbagi cinta sejati dengan kita, ya. :)

8 komentar:

  1. Balasan
    1. Terurai mas. Jadi pait ga manis lagi. Pait e ada rasa2 logam e ngunu.. pait pkok e :3 teros fungsine sebagai pemanis ilang~

      Hapus
  2. Ya ampun... Segitunya ya... Smg kita terhindar dr hal sedemikian....
    *opoya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mangkane nek bikin nutrisari ditambahi gula beneran, ya. Biar gak menipu.. :p

      Hapus
  3. kalok saya kebagian bahit nya terus

    BalasHapus

Kasih masukan aja gak papa. Tambahin pendapat juga gak papa. Kalo ada pendapat lain sampein aja. Kritik aja juga gak papa. Terserah mau nulis apa deh, biar rame. Oke? *peluk cium dari header*