Sabtu, 12 Desember 2015

Welcoming 2016: New Year's Resolution

Nggak kerasa banget udah mau tahun 2016, guys! Astaga. 2015 kayak cepet banget jalannya yah. Tau-tau udah Desember aja. Dan dalam waktu yang kurang dari sebulan, boom! 2016. Sudah saatnya menurunkan kalender di dinding pojokan ruang tengah dan menggantinya dengan yang baru. Gila. Kalender aja move on? Masak saya enggak?

Oke. Karena tahun lalu saya membuat resolusi yang enggak banget, tahun ini saya juga harus bikin resolusi yang lebih enggak banget juga.


Resolusi tahun 2014
Di akhir tahun 2014, saya memiliki beberapa poin penting yang saya dapatkan saat introspeksi diri. Iya, saya sampe di titik dimana saya benar-benar merenung. Dinginnya pagi itu. Mendung. Gerimis mengguyur persawahan di luar jendela kereta. Saat itu saya berada di perjalanan menuju kota kelahiran Ibu saya, Solo, Jawa Tengah. Saya duduk bersama saudara kembar saya, terpisah dari Bapak dan Ibu saya satu gerbong. Kembaran saya sudah lebih tenang. Tadinya dia agak panik karena berbeda gerbong dengan orang tua saya. Mungkin saya memang yang lebih ‘berani’ di saat-saat begini, karena jujur saja sudah beberapa kali saya bepergian sendirian ke luar kota dengan kendaraan umum seperti ke Surabaya dan Probolinggo, kota sebelah. Sedangkan dia tidak pernah.

Saat itulah saya duduk merenung. Tahun baruan pertama setelah melepas status mahasiswa. Tahun baruan pertama setelah tidak pernah menengadahkan tangan lagi untuk meminta sangu bulanan selama 4 bulan terakhir (karena udah 4 bulan kerja hehehe). Tahun baruan pertama dengan status single. Saya flashback lagi, apa-apa saja yang saya alami tahun 2014. Saya introspeksi lagi.

Tahun 2014 saya lulus kuliah, dengan nilai IPK urutan kedua sejurusan yang lumayan membuat Bapak saya bangga. Alhamdulillah. Saya lulus benar-benar tepat waktu. Berkat usaha dan doa dari orang-orang yang mencintai saya. Saya diterima bekerja di salah satu lembaga bimbingan belajar terbesar setelah melewati beberapa tes yang lumayan ketat. Inilah yang memang sesuai dengan rencana hidup standar. Lulus kuliah tepat waktu, kemudian bekerja. Bekerjanya juga bukan sekedar bekerja, saya benar-benar bekerja di bidang yang saya cintai. Ini yang membuat saya bertahan dan betah dengan pekerjaan saya. Alhamdulillah.

Tahun 2014 saya sempat merasakan 6 bulan menjadi mahasiswa, dan 6 bulan selanjutnya sudah bukan mahasiswa lagi. 6 bulan selanjutnyalah yang agak struggling. Iya, ada beberapa poin yang bikin saya vulnerable.
  1. Saya mengakhiri hubungan dengan pacar yang sudah berjalan selama 4,5 tahun. Karena saya saat itu menyadari, saya main hati sama orang lain. Bukan benar-benar jatuh hati pada yang lain. Tapi ada sesuatu yang ‘berbeda’ saja saat saya mengobrol dengan pacar dan saya melakukan aktifitas dengan ‘orang tersebut’. Ada yang berbeda. Semacam mata korek yang digoreskan. Saya putuskan untuk say no dalam hati, kepada dua nama tersebut. Membuka hati untuk yang baru. Ada saja yang mendekat (tentu saja), tapi bayangan lelaki mata korek itu tetap saja ada. Bergerak lincah menggoreskan mata koreknya membentuk ilustrasi yang indahnya menyilaukan hati. Saya kemudian menyadari. Hei, kenapa hati saya ini? Sulitkah berpegang pada satu hati saja?
  2. Saya belum juga mengajar di sekolah seperti yang saya inginkan sejak kecil. Saya ingin jadi guru dari dulu, bukan jadi tentor bimbel.
  3. Saya belum lolos saat mengikuti tes CPNS guru di Sidoarjo pada bulan Oktober. Itu sebenarnya pukulan telak bagi saya. Saya memang kurang persiapan. Sudah tahu nggak bisa PKn, tetep nggak sungguh-sungguh saat belajar bidang ketatanegaraan untuk persiapan tes. 
Akhirnya di tempat duduk dalam kereta tersebut, saya memiliki resolusi seperti ini:
  1. Di tahun 2015 nanti, saya harus menentukan hati saya ke satu orang. Tidak peduli dia suka atau tidak. Tidak peduli apa dia merasakan ini juga atau tidak. Saya tidak boleh meletakkan dia sebagai pilihan. Jadi ‘hanya dia’. Ya. Hasil: saya berhasil melalui 2015 dengan itu. Hanya dia. :’D dan ini juga merupakan suatu kebanggaan bagi saya *toss sama laptop* *laptop semburat* *nangis*
  2. Di tahun 2015 nanti, saya harus sudah mulai mengajar di sekolah. Saya akan berjuang lebih giat untuk mendapat pekerjaan di sekolah yang membutuhkan guru kimia. Masalahnya adalah semua sekolah di kota saya sudah punya guru kimia masing-masing. Tapi saya harus pantang menyerah. Hasil: awal tahun 2015 mengajar bahasa inggris kelas X, XI, XII di MA Mansya’ul Huda Lumajang. Tengah tahun 2015 mengajar kimia dan IPA kelas VII, X, XI, XII di MTs/MA Miftahul Midad Lumajang. Alhamdulillah. Sempat mendapat tawaran mengajar di salah satu SMK swasta di Lumajang, namun tidak jadi saya ambil karena jadwalnya yang terlalu padat. Ehehe gomen J
  3. Di tahun 2015 nanti, saya harus ikut tes CPNS dan harus bisa mengusahakan diri untuk diterima. Dengan jalur yang benar pastinya. Tes. Hasil: tahun ini nggak ada pembukaan penerimaan CPNS T.T memang sih, CPNS bukan jaminan untuk hidup bahagia, masih banyak sumber rejeki lain. Tapi membahagiakan orang tua kadang harus lewat cara seperti ini, kan?

Resolusi Tahun 2015
Sekarang hampir 2016. Introspeksinya mungkin hampir sama dengan hasil resolusi di atas. Mungkin seperti ini:
  1. Karena tahun ini sudah berhasil menambatkan hati di satu orang, pasti tahun depan juga bisa melakukannya. Jadi saya putuskan, saya akan melepas tambatan di sini dan pasti akan menemukan 1 tambatan (cantolan) yang lainnya, yang nggak akan saya lepas lagi. Karena saya sadar kalau saya bodoh. <<kena php Hahaha. Enggak sih kayaknya bukan kena php juga. Jadi ibaratnya dia itu lagi main drum. Temponya teratur. Pas. Tapi saya main piano. Temponya ngarang. Pas lagi semangat bisa cepet, pas pengen selow bisa lambat banget. Atau kata lainnya gini, dia jalan, saya lari. Sama-sama satu tujuan misalnya, tapi saya lari lho. Capek, berhenti. Dia tidak berhenti karena dia berjalan. Sekalinya nyusul saya yang lagi berhenti, saya baper lagi, semangat lari lagi. Capek lagi, berhenti lagi, papasan lagi, lari lagi. Gitu terus. Jadi mending stop sama yang ini.
  2. Meskipun saya merasa bahwa siswa-siswi saya senang diajar oleh guru seperti saya, saya merasa perlunya pengembangan diri lebih baik lagi. Harus mengembangkan cara mengajar yang lebih baik dan lebih keren lagi supaya mereka mudah paham. Saya takutnya mereka senang diajar sama saya duma gara-gara saya #ehm masih muda. Entar kalo saya tuaan dikit gimana?
  3. Karena katanya bakal ada pembukaan tes CPNS di bulan Maret 2016, saya harus belajar lebih giat lagi. Lebih niat lagi. Supaya bisa keterima buat jadi CPNS guru. Dan kalau nggak ada penerimaan CPNS untuk guru kimia, berarti saya harus benar-benar bisa mengembangkan karir saya. Bukan mencoba keluar dari zona nyaman, tapi expanding the comfort zone. Memperluas zona nyaman. Sepertinya nyaman, ya! Ahay.
  4. Tambahan, mungkin saya akan mengurangi postingan-postingan alay dan baper di blog ini hahahaha. Semoga banyak ide bermunculan ya Allah.... amin ^^
tuh yang lari pake sepatu....
Mungkin semacam itu resolusi tahun ini. Saya share bukannya mau pamer, saya share di sini mungkin bisa memotivasi happy readers buat mulai introspeksi dan bikin resolusi sendiri buat taun depan. Karena sesuai pengalaman saya, it works. Yaa memang seiring tahun berjalan nanti mungkin muncul goal-goal yang lain. Intinya, hidup memang tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan. Yang penting tetap dekatkan diri pada Yang Mengatur Segalanya dan jangan menyerah.

“Karena kita nggak tahu apa yang terjadi besok kalau kita nyerah di hari ini kan, Mas?” –LOVE The Movie

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kasih masukan aja gak papa. Tambahin pendapat juga gak papa. Kalo ada pendapat lain sampein aja. Kritik aja juga gak papa. Terserah mau nulis apa deh, biar rame. Oke? *peluk cium dari header*