Kamis, 26 November 2015

10 Tahun Vakum, Menari Lagi

Happy readers, halo~

Beberapa minggu lalu saya dan kembaran asik ngobrol tentang topik 'orang keren'. Iya. Orang keren. Tentang bagaimana sih definisi orang keren menurut kita. Dan ternyata kami sampai pada satu kesimpulan, "Orang keren itu adalah orang yang sibuk bekerja sesuai dengan passion-nya. Dan di tengah kesibukan itu, dia masih sempat untuk disibukkan lagi dengan hobi-hobi-nya."

Nggak ada frase kalo keren itu harus 'punya banyak'. Punya duit banyak, hp banyak, baju banyak, dll. Orang yg keren itu menurut kami adalah mereka yang menikmati hidupnya sesuai dengan yang mereka inginkan. Yang inginnya nggak muluk juga tentunya.


Ada beberapa nama yang disebut dalam pembicaraan kami. Nama beberapa teman-teman kami. Ada yang dalam kesibukannya bekerja, masih aktif buat manggung beatbox (mantannya kembaran saya--hasil stalking instagram). Ada teman SD kami yang benar-benar menjadikan hobi sebagai pekerjaan. Ini salut sekali. Bakatnya, passionnya, hobinya, cita-citanya semua tersalurkan. Dan ada banyak juga teman-teman keren lainnya.

Lalu kami sama-sama berpikir, 'kita sudah bekerja sesuai dengan yang kita inginkan selama ini. Jadi apa yang kurang bikin kita keren?' Hobi. Hobi kami setengah-setengah. Suka main musik, tapi kemampuan dan alatnya juga belum di-upgrade. Suka nyanyi, tapi fasilitas kurang memadai (cuma kamar mandi dan gayung). Dan akhirnya datang kabar tersebut. Kami berdua dihubungi guru tari kami saat masih nyanggar waktu kecil dulu. Diminta untuk ikut membantu latihan adek-adek di sanggar tiap hari minggu. Wah!

Kami senang sekali. Kami dulunya memang anggota sanggar tari tersebut. Tapi sudah lama vakum karena sanggarnya bubar atau gimana ya (kagak ngarti juga. Lupa. Kejadiannya pas SD). Lalu terakhir kami menari (tari tradisional yaa :)) adalah saat kami masih kelas 7 SMP. Tari kolosal di alun-alun kabupaten bersama teman-teman dari SMPN 1 Lumajang dan kakak-kakak SMAN 2 Lumajang. Sepuluh tahun berlalu. Entah tangan dan kaki ini masih bisa bergerak sesuai irama gamelan atau tidak. Tapi kami sudah rindu menari lagi. Akhirnya kami menyanggupi.

Setelah beberapa minggu mengikuti latihan di sanggar, ternyata akan diadakan pagelaran seni tari tradisional yang digelar di alun-alun kabupaten. Saya dan kembaran termasuk di dalam 14 penari yang akan diikutkan. Ditetapkan hari Minggu tanggal 15 November kemarin, untuk siapa-siapa saja yang mengikuti pagelaran tersebut. Latihan dimulai hari Kamis, 19 November 2015. Whoa...hanya ada waktu 6 hari latihan!


Akhirnya kami berdua mencoba membicarakan dengan manager kami di tempat kerja (bimbel) karena jadwal latihan bentrok dengan jam kami mengajar/bekerja. Alhamdulillah. Manajer kami orang yang sangat baik dan mau mengerti. Kami diijinkan ikut latihan, meskipun kembaran saya hanya bisa ijin 2 kali saja.

Selama 6 hari (dari Kamis sampai Selasa), setiap sore kami pergi ke sanggar sepulang kerja. Capek? Tentu saja. Pada hari pertama latihan, pulang-pulang badmood sekali. Badmood tingkat tinggi. Mengapa? Saya kecewa dengan badan saya yang susah digerakkan sesuai irama gamelan. Susah sigerakkan sesuai dengan gerakan yang dicontohkan. Harusnya saya bisa memaklumi sendiri. Saya sudah tidak pernah menari selama 10 tahun. Paling-paling hanya melatih ibu-ibu RW menari dangdut untuk agustusan atau senam waktu SMA dulu. Tapi tarian yang ini? Sederhana sebenarnya. Tapi kenapa susah ngikutin sih?

Karena dalam keadaan badmood, capek, dan masih pukul 18.00 ketika latihan usai, saya memutuskan tidak langsung pulang ke rumah. Saya belok ke kantor. Mungkin bisa nengajar. Padahal sudah ijin. Nggak papa, siapa tahu ada yang butuh saya. Eh, ternyata ada beberapa anak kelas 12 menanyakan soal2 try out sekolah. Hasilnya? Mood balik, capeknya gak kerasa lagi. ;) badmood teratasi, dapet duit pula. Hahaha.

Hari kedua juga sama. Masih susah mengikuti, apalagi harus mulai 'get along' dengan teman-teman menari baru. Tapi untungnya kami (menurut kami sendiri sih) adalah orang yang mudah membaur, jadi tidak ada masalah serius. Harus mulai menghafalkan posisi tari. Gerak saja masih susah, harus hafal posisi juga! Omg... tapi karena saya nggak ada jadwal ngajar hari itu, saya langsung pulang. Bikin kopi, tidur. (Habis ngopi bisa tidur saking capeknya)

Hari ketiga latihan, hari Sabtu, sudah mulai akrab dengan teman-teman. Latihan juga sudah mulai bisa mengikuti. Latihan dimulai pukul 16.30 tapi pukul 18.30 kami sudah harus kembali ke kantor. Hari minggu akan diadakan olimpiade matematika dan sains. Kami berdua panitia, tapi saya hanya sebagai pengawas ruang. Jadi sepulang latihan kami langsung melembur mempersiapkan acara tersebut sampai puku 23.00. Wow.. kakinya....

Besoknya, acara olimpiade berlangsung dari pukul 06.30 sampai 16.30. Setelah itu masih harus ke sanggar untuk latihan lagi. Latihan berjalan lancar sampai pukul 19.30. Senang, nggak badmood. Kami suka menari. Bisa mengikuti. Mulai iseng-iseng foto bareng. Iseng direkam juga latihannya. Besok paginya kaki gak bisa digerakin. Ini link videonya. klik sini.

Hari Senin dan hari Selasa sudah lancar latihan. Jadwal mengajar sudah saya sesuaikan agar tidak bentrok dengan jadwal latihan. :)

Waktu lagi latian. Iya, se-messed up itu. >_<

Iseng foto-foto pas gladi bersih ;)

Akhirnya klimaksnya hari Rabu kemarin, tanggal 25 November 2015 pagelaran dilaksanakan di Alun-alun Lumajang. Kami berangkat rias dari pukul 15.00. Lucunya ternyata ada miskomunikasi. Rias ke sana pukul 17.30 seharusnya.Sampe sana nggak ada orang. Kami pergi ke kantor. Daripada pulang lagi, mengatasi badmood karena miskom dengan mengajar. (Sekali lagi badmood teratasi dengan mengajar). Lalu kami kembali ke tempat rias pukul 17.15. Kami tampil pukul 22.00.

Ngantri make up

plak dung plak dung dung *suara gendang ceritanya*

Sama kembaran

Bagi yang belum tahu, rias penari-penari ini memang butuh waktu lama. Ngantri. Banyak sekali antriannya karena sanggar kami menampilkan 2 tarian. Belum lagi masang bajunya. Ribet. Harus totalitas. Kalo kata temen saya all out. Ya memang begitu. Saya yang sudah lama nggak pake baju kayak gitu (terakhir waktu SMP ya kan), jadi agak heboh. Seneng sampe mau nangis. #halah

Alhamdulillah selama penampilan tidak ada kendala yang berarti. Senang? Tentu saja. Capek-capek latihan selama 6 hari terbayarkan. Suka sekali dengan kebersamaan dan kekompakan teman-teman sanggar. Nyesel juga tariannya hanya berdurasi 6 menit. Kalo dikasih kesempatan nari 2 kali, kami pasti mau naik panggung lagi. Belum puas. Tapi senang kok. Sayangnya masyarakat Lumajang mungkin belum terlalu antusias dengan acara pagelaran semacam ini, jadi nggak terlalu rame banget gitu penontonnya. Haahaha. Saat pulang latihan, biasanya kaki pada sakit semua. Tapi saat pulang dari tampil kemarin, tidak terasa apa-apa. Senangnya senang. Quality-nya quality time. ^^,


Tanggal 14 Desember akan ada event lagi. Sendratari Blambangan, juga masih dalam rangkaian acara Hari Jadi Lumajang yang bertema Lumajang Berbudaya. Kami berdua juga diminta untuk ikut, tapi artinya kami harus menyesuaikan jadwal mengajar lagi. Sepertinya akan susah, karena adek-adek sudah memasuki masa UAS. Pasti sibuk sekali masa-masa itu di Bimbel kami oleh jadwal-jadwal tambahan/pendampingan. Semoga saja bisa. Entahlah. Ini kesempatan yang 'eman' untuk dilewatkan.

Hehehe cuma itu sih. Apa kami sudah keren ya? Ya minimal kami sudah bisa mencapai kata itu kemarin, saat bergerak dan bergoyang mengikuti irama musik gamelan di panggung setinggi 3 m dan seluas 20 x 16 m tersebut. Hehehe. Keren sesuai dengan definisi yang kami buat sendiri.
Jadi, apa keren itu menurutmu? Apa kamu sudah keren? Yuk, kerenin lagi yuk. Jangan sibuk kerja aja. Iya kamu. #dor

Kasih komentar ya teman-teman. Jangan lupa share :* terimakasih sudah mau baca postingan hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kasih masukan aja gak papa. Tambahin pendapat juga gak papa. Kalo ada pendapat lain sampein aja. Kritik aja juga gak papa. Terserah mau nulis apa deh, biar rame. Oke? *peluk cium dari header*