Sabtu, 16 Januari 2016

Main-main Ke Festival Of Light, Kaliurang

Festival of Light adalah sebuah acara yang diselenggarakan di Gardu Pandang, Kaliurang pada tanggal 12 Desember 2015 sampai dengan 31 Januari 2016. Kegiatan ini di antaranya berisi Festival Lampion bertajuk Jurrasic Lantern, Festival Kuliner, Magic Contest, Live Music, Pesta Kembang Api, Pawai Budaya, Festival Penjor, dan lampiron dari rumah-rumah warga kaliurang yang dapat dinikmati dari pukul 16.00 sampai dengan 23.00 di Gardu Pandang. Hanya dengan retribusi Rp15.000,00 (weekday) dan Rp20.000,00 (weekend), momen spesial menonton keindahan lampion dan rangkaian acara lainnya dapat dinikmati bersama orang-orang terdekat. (sumber: @ayodolan)


Nah, udah dapet gambaran dari acara ini? Baiklah. Karena minggu lalu (9/1) saya sudah berhasil sampe sana sendiri, saya ingin berbagi sedikit cerita saat saya jalan-jalan di Festival of Light tersebut. Boleh?
Saya karena sebenernya cuman sempet browsing mengenai foto-foto event-nya saja di instagram, jadi saya iya-iya-in aja kakak saya yang bilang mau jemput habis magrib. Saya mulai siap-siap di kos sepupu saya sekitar jam 7 malem (di Jogja magribnya hampir setengah 7 loh). Dan kakak saya dateng jam 7 lebih gitu. Kami meluncur menuju togamas terlebih dahulu, karena kemarinnya lupa mau ke sana. Saya udah beberapa bulan nyariin bukunya Mas Pidi Baiq yang judulnya Dilan (dia adalah Dilanku Tahun 1990). Kabarnya bagus, dan di Lumajang-Malang sudah saya telusuri untuk mendapatkan buku ini tapi selalu kehabisan. Dan apakah saya mendapatkannya di togamas Jogja? Tentu sajaaaaa >_< Yup, gak sia-sia jauh-jauh ke kota pendidikan ini. Saya dapet buku, ya Allah *terharu*

Sekitar jam 8 malem kita berangkat dari togamas menuju Jalan Kaliurang. Sebelumnya muter dulu ke RSUP Dr. Sarjito, tempat kakak saya kerja. Nggak ada yang sakit, sih. Cari ATM. Iya kali cari ATM musti ke rumah sakit. Setelah itu kita lepas ke Jakal.

“Dek, aku rodok lali dalan e se asline. Tapi ancen liwat kene, kok, (Dek, aku agak lupa jalannya sebenernya. Tapi emang lewat sini, kok)” celetuk kakak saya setelah beberapa menit perjalanan.

Sembaraaaang. Terseraaaah. Situ lupa atau enggak juga akunya nggak bakal tau apa-apa.

“Di instagram ada kali, peta-ne Mas,” teriak saya dari belakangnya (posisi lagi dibonceng naik motor).

“Tapi aku tau mrunu. Awan-awan tapi. Iki sek adoh lho, (Tapi aku pernah ke sana. Siang. Ini masih jauh, lho)” kata dia lagi.

“Ah gapopoooo. Sing penting sampekkkk, (Ah gapapaaaa. Yang penting nyampekkkk)” sambil ketawa-tawa saya ikutan meyakinkan diri, sambil liatin jam juga. Udah mau setengah sembilan.

Saya rasa-rasain dari tadi jalannya lurus-lurus dan gede-gede aja. Saya mulai ngerasa dingin di lengan kanan kiri dan punggung saya. Eh, ini jalan kenapa kayak jalan antar propinsi, sih. Hmmm.

“Mas, emang jauh?” tanya saya dari jok belakang. (naik motor emang ada berapa jok?)

“Lho, sek adoh, Dek, (Lho, masih jauh, Dek)” masih fokus nyetir.

“Emang kayak dari mana - ke mana, sih? Kayak Malang ke Batu gitu?” saya asal nyeletuk.

“Nah, iyo. Kan Kaliurang daerah pegunungan,” jawab dia enteng.

“Heeeeeh! Aku gak bawa jaket, lhoooo!”

Duh, duh. Kalo diliat daritadi kami memang melewati jalan Kaliurang. Tapi nggak abis-abis. Jalan Kaliurang ternyata panjangnya berpuluh-kilometer dan ujungnya di Gardu Pandang tersebut. Mana udah malem banget (jam malem biasanya jam 21.00 di rumah) dan udah kerasa dingin pula. Ternyata kakak saya nggak ngingetin buat pake jaket, dikiranya daritadi saya pake jaket. Iya, ya? Segitu nggak bisanya ya cowok bedain mana jaket mana kemeja? Ampun. <<salah lu sendiri kali, Ep.

Setelah melewati perjalanan dengan mempercayakan arah kepada insting kakak saya, akhirnya sampailah kita ke Gardu Pandang sebelum pukul 21.00. Yaaa jam 9 mepet-mepet lah. Dari loket kita masuk melalui gerbang utama. Baru masuk di gerbang tersebut kita mendapati lampion letter besar yang dibaca FESTIVAL OF LIGHT berwarna putih. Dan mungkin karena warnanya putih, jadi banyak serangga kecil yang suka nempel di situ.


Lanjut kita masuk ke acara lewat jalan di sebelah kiri tulisan gede tersebut. Berbagai macam lampion dan lampu-lampu taman disuguhkan untuk memeriahkan acara. Dari jauh terdengar suara musik di stage utama, yang sedang melangsungkan Magic Contest. Meskipun sudah larut malam, namun pengunjung juga masih ramai. Mungkin karena weekend, jadi banyak keluarga yang menghabiskan waktu bersama di sana. Juga mahasiswa. Juga orang-orang yang lagi mojok pacaran gelap-gelap ditemenin lampion-lampion gitu. Fokus.

Jalan masuk di sebelah tulisan gede tadi. So swit yahhh *.*
nah, kayak gitu lampunya teman-teman. heem. *muka innocent* *gak mau poto di lope2*

suka sama spot ini. lampu pijar digantung di pohonnya.

“Luwe, Dek. Ayo, (Laper, Dek. Ayo)” kakak saya bergegas berjalan menuju tempat festival kuliner. Jadi di sebuah lahan di tengah acara itu yang dikelilingi stan-stan yang menjual berbagai macam makanan dan minuman. Di tengah-tengahnya terdapat bekas api unggun kecil yang masih menyala bara apinya sedikit. Mungkin untuk menjaga para pengunjung tetap hangat. Saya mengikuti kakak saya menuju tempat itu sambil sibuk motret sana-sini. Dia sepertinya sudah lapar. Belum makan dari siang (tadinya kerja). Untunglah saya sudah sempat makan ayam bakar deket kosan bareng sepupu tadinya.

Kita berdua berhenti di stan pop mie. Oke, udah ngidam pop mie dari di kereta kemarin. Mata langsung nyala. Pesen pop mie 2. Kopi susu 1. Air mineral 1. Kita berdua duduk ngobrol bersebelahan sambil makan pop mie kayak orang kesetanan. Sampe2 gelasnya juga tinggal setengah dan garpu pop mie yang malang juga jadi korban keganasan kami. Semua orang di sana menatap takjub. Jijik mungkin. Mereka tidak tahu siapa kami. Sebenarnya kami adalah Titan pemakan pop mie. Ssst ini rahasia.

kopinya belum abis


jangan ngira foto aslinya gini, ya. ini udah mengalami berpuluh-puluh proses editing biar muka saya keliatan :p
Kita melanjutkan perjalanan ke arah lampion-lampion di dekat stage. Benar-benar tidak tertarik dengan pertunjukannya, sih. Kita melangkah ke arah lampion-lampion gede di belakang panggung. Ada bentuk kadal (eh, kadal ya?), kingkong, sama pohon-pohonan raksasa yang unyu banget. Sambil menghabiskan kopi, kakak saya terus-terusan minta difotoin. Maklum, dalam beberapa waktu ke depan dia mau hengkang ke luar kota dan tidak menetap di kota ini lagi. Jadi ingin mengabadikan beberapa memori. Ya tapi, agak lebai. Hahaha. Sabar yo, Mas Rez. Engko jodoh e nemu ndek kutho liyane. Hahahaha <<habis patah hati dia <<kamu juga, Ep. Inget. #plakk


nih kakak saya, nih. mukanyaaa. pasti bakal kangen kalo udah gak pernah pulang lagi. pas kita lagi jalan bareng gini, dapet bbm dari kembaran yang bilang "mas, jangan pergiiiii." hahaha cuma ini nih mas-mas yang jadi rebutan bonceng kita berdua kalo lagi jalan bareng bertiga.


so sweet gak sih payung-payung iniiii #captionalay


lampion-lampion pohon raksasa


Setelah puas foto-foto (baca: batre kamera abis), pukul 22.40 kami memutuskan kembali ke kota. Iya, hehe. Malem banget dan dingin banget. Pukul 23.25 saya baru sampe di depan kos dan meminta sepupu saya bukain gerbang. Udah numpang, pulang kemaleman. Maafkan mbakmu ini, dek :* Kapan lagi main di Jogja, ya kan. Itu juga saya baru bisa tidur jam 1 malem, nerusin drama thailand yang tadi siang kepotong, hahaha. Alhasil besoknya masuk angin di kereta. Muntah-muntah di Stasiun Surabaya Gubeng sama Probolinggo. Kata Bapak saya, mungkin muntahnya di situ karena dua kota itu yang ada kenangan masa lalunya, jadi muntah. Saya ngakak banget. Nggak segitu banget kali, ya *sigh* Dan acara masuk angin ini berlanjut hingga 2 hari setelahnya.

Segitu dulu pengalaman yang pengen saya bagi. Maaf kalau ngelantur. Untuk yang belum sempat ke sana, tempatnya recommended kok. Buruan sebelum acara selesai tanggal 31 Januari 2016! Dan bawa hp yang mumpuni, ya. Maksudnya yang kameranya terang buat foto-foto. Atau bawa kamera SLR sekalian. Kalo prosummer pinjeman yang saya bawa itu, ya lumayan hasilnya setelah mengalami proses editing hehehe. Melancong kemana lagi, ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kasih masukan aja gak papa. Tambahin pendapat juga gak papa. Kalo ada pendapat lain sampein aja. Kritik aja juga gak papa. Terserah mau nulis apa deh, biar rame. Oke? *peluk cium dari header*