Sabtu, 23 Januari 2016

Hujan Sunny

Di Lumajang sedang musim hujan. Tapi hujan yang turun nggak sederas tahun-tahun lalu. Hujan tahun ini hujan php. Iya, hujan-enggak-hujan-enggak. Hujan yang turun pun cuma gerimis kecil-kecil, tapi banyak. Hujan yang kalau turun nggak bikin tanah basah, tapi tetep bikin basah kita yang sengaja berlama-lama di luar ruangan. Mari kita sebut saja fenomena ini “Hujan Sunny”. Hujan gerimis yang kayak di film Cinta Pertama (Sunny) yang diperanin sama BCL dan Ben Joshua. (film favorit pas SMP, nih! :p)

Hujan sunny ini biasanya bikin dilema. Dilema apanya?

Jadi contohnya dulu waktu saya SMA. Baru boleh naik motor sendiri ke sekolah kita. Oke yang nyetir motor bukan saya. Karena saya masih takut-takut, jadi nggak bisa. Yang nyetir tiap hari kembaran saya. Sesuai pengamatan kita, tiap hujan sunny di Lumajang nggak ada pengendara motor yang mengenakan jas hujannya. Lebih banyak para pengendara yang meminggirkan motor dan mencari tempat berteduh saja. Daripada memakai jas hujan di tengah hujan sunny yang mendera. Tapi saat itu kami pikir sah-sah saja. Dari pada basah semua bajunya.

Pernah kami coba, karena terburu waktu untuk suatu acara. Hujan sunny kembali datang tak kunjung reda. Kami memakai jas hujan dari parkiran sekolah saya. Menembus hujan yang sebenarnya tidak membasahkan tanah tapi tetap bikin basah kita-kita. Memang benar tidak basah, tapi apa? Semua orang melihat ke arah kami dengan tatapan seperti ada ‘apa-apa’. Memang banyak yang menembus hujan tanpa mengenakan jas hujan yang mungkin ada di bawah jok motor mereka. Dari situ kami amati para pengendara, ternyata hanya kami saja yang memakai jas hujan saat hujan sunny itu melanda.

Bah. Kami seperti tontonan saat berhenti karena lampu merah yang menyala. Semua mata seperti berkata, ‘Ngapain ini pake jas hujan segala? Bukannya ini gerimis saja? Manja.’ Atau itu hanya pikiran saya saja, ya? Akhirnya sejak itu kami putuskan tidak memakai jas hujan biar nggak dibilang manja. (padahal juga cuma pikiran saya, mungkin takut keliatan nggak keren aja).

Kemudian kami berdua beranjak menjadi mahasiswa, di kota Malang, kota sebelah dengan julukan ‘Kota Pendidikan Internasional’-nya. Dan tentang jas hujan, kami menemukan anehnya. Saat itu saya sudah bisa mengendarai motor untuk pergi kemana-mana meskipun masih belum punya surat ijinnya (SIM maksudnya). Musim hujan di Malang kadang sama dengan musim hujan di kota Lumajang sana. Hujan sunny juga sering banget turunnya. Suatu hari saya harus menghadapinya. Karena mungkin sudah jadi habit, saya menembus hujan sunny dengan pede-nya. Tapi ternyata berbeda. Hanya sedikit orang yang berteduh di tepian jalan yang ada warung tutupnya. Di perempatan yang ada lampu merahnya, semua orang memperhatikan saya.

Kali ini tatapan mereka beda. Mereka melirik ke arah saya seolah berkata, ‘udah tahu hujan kenapa nggak dipake jas hujannya?’

Tuh, kan. Beda kota beda ininya (ininya?). Akhirnya sejak itu jadi berubah lagi habit saya. Gimanapun hujannya, saya tetap mengenakan jas hujan saya. Biar nggak dilirikin orang di lampu merah di tengah hujan sunny, sih, tadinya. Tapi saya jadi merasa nyaman karenanya. Dengan memakai jas hujan, kita tidak perlu terburu-buru saat mengendarai motor karena hujan turun dengan derasnya. Kita jadi bisa lebih menikmati hujan yang menampar pelan wajah kita lewat celah kaca helm yang sedikit terbuka.

Setelah kembali lagi ke kota Lumajang, habit saya yang dari Malang kebawa. Saya selalu mengenakan jas hujan saya bagaimana pun hujannya. Sekering atau sebasah apapun tanahnya. Meskipun banyak orang yang ngeliatin saya dan mas-mas pom bensin menanyakan hujan dimana, saya tetap memakainya. Saya sudah menemukan rasa nyamannya. Memakai jas hujan bukan berarti pesimis hujan sunny-nya akan lebih deras dari sebelumnya. Mungkin saya terlihat ‘tidak normal’ saat semua orang tidak memakainya juga. Tapi apakah kita harus menjadi normal seperti mereka juga? Yang sebenernya nggak jelas juga normal-tidaknya. Jelas-jelas hujan kenapa nggak dipake jas hujannya?


Apa ya. Ah sudah ah. Lagi-lagi nggak jelas apa isinya. Nyesel nggak, bacanya? Makasih ya. Sengaja.

1 komentar:

Kasih masukan aja gak papa. Tambahin pendapat juga gak papa. Kalo ada pendapat lain sampein aja. Kritik aja juga gak papa. Terserah mau nulis apa deh, biar rame. Oke? *peluk cium dari header*