Seminggu ini saya agak kalut, guys. Kalut gara-gara temen kerja saya di bimbel tiba-tiba memutuskan
untuk resign. Saya gak paham alasannya apa. Tau-tau dia udah ngobrol ke manajer
secara official kalau dia resign. Sedihnya lagi dia nggak kasih tau saya. Saya
malah tahu kabar ini dari orang lain.
Pasti ada yang beranggapan, “biasa ae loh!” atau
“emang sering yang kayak gitu udah biasa.” Dan remeh-temeh lainnya. Saya juga
nggak akan bilang, “lho, ini beda. Gak kayak orang-orang resign biasanya.” Karena
memang sebenarnya resign dari tempat kerja emang biasa terjadi. Dan nggak sedikit
teman-teman saya yang resign dari bimbel tersebut. Yang bikin kalut
adalah....saya kenal dia selama sekitar 1 ½ tahun di bimbelan tersebut, dan
kami berempat benar-benar dekat menjadi sahabat atau saudara seperjuangan dari
awal. Saya ceritain dulu, ya.
Hari Senin di penghujung Agustus itu, saya dan
saudara kembar saya berangkat dengan bismillah menuju ke kantor bimbel. Kami
mendapat panggilan untuk melakukan tes micro-teaching hari itu. Micro-teaching
adalah tes mengajar. Pura-puranya ngajar, padahal kita jelasin materi ke
sekitar 4-5 “juri”. Dan alhamdulillah semua berjalan lancar sehingga kami
diminta untuk datang micro-teaching yang kedua di hari Jum’at. Sebelum pulang,
kami ditawari oleh pihak akademik untuk mengikuti micro-teaching yang diadakan lagi setelah itu. Kabarnya, ada dua orang juga yang micro-teaching siang itu dan
mereka sudah micro-teaching yang kedua (officially ada 3 kali micro-teaching
yang harus dilalui). Kami pikir, well, nggak ada salahnya. Nambah pelajaran
juga. Kami memutuskan untuk menunggu peserta lainnya datang.
Kami duduk di bangku di teras bimbel. Ternyata
sudah ada satu peserta yang datang. Saya beranikan untuk bertanya mata
pelajaran yang dia akan ajarkan. Biologi. Sambil sedikit basa-basi. Lalu saya
juga mendengar bahwa peserta yang belum datang itu mengajar SD. Saat saling
ber-‘oh’ ini dan ‘oh’ itu, sebuah motor masuk ke parkiran kantor, dikendarai
seorang wanita muda berjilbab dan memakai masker untuk berkendara. Dari
pincingan matanya, sudah jelas terlihat bahwa dia sedang tersenyum ke arah
kami. Kami bertiga bersitatap. Kami balas senyumnya. Apakah kami mengenalnya?
Dia melepas masker yang menutup sebagian mukanya
itu sambil masih tetap senyam-senyum. Kami jadi semakin penasaran saat
menyadari bahwa kami memang tidak mengenalnya. Terus ngapain senyum-senyum
gitu, mbak? Yak, dan ternyata dia adalah peserta kedua hari itu. Dia
menjulurkan tangan dan kemudian kami saling berkenalan. Hahahah, kejadian itu
masih segar di ingatan saya. Itulah mulanya kesan indah pertama yang terjadi di
antara kami berempat. Diikuti dengan micro-teaching saya yang kedua (dan ketiga
bagi kedua mbak2 yang lain), lalu pelatihan sehari, dan mengajar di lembaga yang sama
selama kurang lebih satu setengah tahun.
Kami menjadi semakin dekat satu sama lain. Semua
hal-hal yang ingin kami ceritakan, kami ceritakan. Memang kita sama-sama punya
teman lain di luar tempat kerja, tapi kebanyakan teman kami sudah bekerja di
luar kota. Jadi lebih sering kami berkegiatan (yang disebut ‘rumpik2’)
berempat. Pernah ada juga acara menginap di rumah saya. Seru pokoknya, guys.
Dan FYI selama satu setengah tahun, saya dan mbak
yang mau resign itu sama-sama single. Jadi yang biasanya dibully dan disiksa
perasaannya di kantor adalah saya sama mbak itu. Saya sempet kepikiran,
jangan-jangan dia resign gara-gara saya sekarang udah punya pacar sekarang?
Wkwkwk. Nggak lah. Gebetannya dia kayaknya ada sebelas kok (termasuk saya). Ehhhhh
piss mbak miss! :p Itu becandaan kita kalo lagi jenuh di kantor. Kalo gebetan
saya cuma satu mulu, yang katanya gak jelas itu, dia ada sebelas. Hahaha *bakal
kangen yang kayak gini* *nangis darah*
Sedih rasanya saat harus melepas salah satu dari
kami. Tapi saya, kembaran saya, dan mbak satunya sudah melakukan conversation
(pas lagi kalut bareng-bareng di kantor karena ada yang mau resign tiba-tiba
dari kita), itu memang pilihan dia. Dan kita bertiga hanya bisa mendoakan,
semoga ini pilihan yang tepat untuknya dan dia bahagia dengan keputusan
tersebut. Yaa meskipun begitu, tetap saja kita sedih. Yaa meskipun mbak missa
bilang kalau dia bakal tetep ikut kumpul-kumpul kalau setelah rapat bulanan,
tetap saja kita sedih. Kami berempat memang selalu ada sesi curhat setiap
selesai acara rapat bulanan. Nggak cuma sesi curhat, tapi shopping, nongkrong,
nyobain tempat baru yang recommended, nge-gosip #eh. But now rapat bulanan won’t be
the same without you, mbak miss..... :’( The office won’t be the same without
you.... Nggak pengen bikin berat juga, tapi emang berat. Semoga persaudaraan
kita berempat tetap terjaga ya, girls..... *netes* *apasih alay banget* Pasti kangen....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kasih masukan aja gak papa. Tambahin pendapat juga gak papa. Kalo ada pendapat lain sampein aja. Kritik aja juga gak papa. Terserah mau nulis apa deh, biar rame. Oke? *peluk cium dari header*