Sabtu, 28 Mei 2016

Penjelasan (2)

Sebenarnya memang betul apa yang dikatakan Tere Liye seperti yang saya kutip di postingan sebelumnya. Kita tidak perlu menjelaskan sesuatu kepada orang yang tidak butuh penjelasan, apalagi penjelasan tentang diri kita.Tapi saya sedang ingin sharing saja tentang pandangan saya.

Jadi sudah banyak cowok (cewek juga, tapi kebanyakan cowok) yang nanya waktu dulu saya jomblo, kenapa saya lama nggak pacaran? Dan saya memang bilang, saya nggak mau pacaran. Saya lagi nunggu orang yang bener-bener serius (mau menjaga dan berbagi cinta sejati) sama saya. Serius di sini maksudnya, ya nggak pake pacar-pacaran. Kalau mau berhubungan ya silakan datang ke rumah, bicara 8 mata sama saya dan orang tua saya.



"Lah, masak tiba-tiba ngelamar, Ep? Terus kalau nggak pacaran gimana bisa?"

Bisa. Ya ngapain pacaran? Jawaban yang saya kasih untuk pertanyaan itu juga selalu sama. Ya kita kenal, kita berteman, kalau cocok ya tinggal menunggu kepastian. Kalau nggak cocok ya mungkin belum jodohnya.

Ya, kedengarannya memang semudah itu. Dan memang saya sempat "mbleset" untuk memutuskan pacaran sama seseorang (yang namanya mas pay itu). Tapi semua yang saya lalui juga menjadi pelajaran untuk saya, agar tidak mengulangi lagi kesalahan itu. Hemmmm.... Mungkin lebih tepatnya saya trauma untuk membuka hati lagi untuk orang baru.

Mungkin Allah menjawab doa-doa saya dengan cara ini. Beberapa minggu lalu, teman saya mengajak saya untuk serius berhubungan. Sebenarnya sudah lama dia menanyakan ini, namun saya juga tidak pernah menanggapinya dengan serius. Iya, kami memang suka bercanda berdua. Dan semua itu saya pikir juga hanya guyonan dia saja, yang saya tanggepin pake sok jutek gitu. Karena menurut saya ini bukan hal yang pantes buat di guyon-guyonin. Dan...ternyata dia nggak guyon, teman-teman.

Saya mulai berpikir keras. Banyakin sholat sunnah, istikhoroh, doa, tanya kepada Allah apakah ini jalan saya.. Dan feeling saya semakin lama semakin membaik terhadapnya.

Mungkin juga dengan akhirnya saya lebih sering ketemu dia sekarang dan mulai memberi tanggapan positif sama tujuannya dia, teman-teman banyak yang mulai berpikiran negatif. Tak terkecuali keluarga saya. Ada yang bilang hubungan saya ini terlalu cepat. Hei, saya mengenalnya lebih dari 7 tahun sekarang. Ya mungkin kami memang baru dekat beberapa tahun terakhir, tapi apanya yang terlalu cepat untuk sebuah hubungan dengan maksud yang baik jika kita siap?

Apa saya melakukannya karena kepepet? (ada yang tanya gini soalnya) Apa gara-gara kembaran mau nikah, jadi dicepet-cepetin nikah juga, nggak pake pilih-pilih siapa yang ngelamar?

Salah besar.

Ya memang, I had mentioned it before. Saya pengen nikah tahun ini. Ya pengen, bukan berarti harus kejadian. Bukan gara-gara CUMA DIA aja yang mau sama saya terus saya kepepet dan langsung nerima dia. Sama sekali enggak. Orang yang mau serius sama saya juga nggak cuma dia aja. Tapi dari saya sendiri memang belum ada kecocokan. Nggak pas di hati. Ya baru ini, yang ngajakin serius, dan saya mbatin, "aku mau." Dan hei, saya juga tahu yang mau sama dia juga banyak. Tapi dia memilih saya. Sudahlah. Saya sudah malas dengan drama perkenalan, pdkt, sok-sok ngertiin orang baru, pura-pura suka padahal gak yakin, terluka di akhirnya, dan lain-lain macam itu. Kalau ada yang pas di hati, kenapa kita menunda?

Memang banyak pertimbangan yang katanya harus dilakukan. Beberapa kritikan memang muncul dari sana sini. Yang bilang nggak pantes-lah, kecepetan-lah, kesannya ngejar nikahan kembaran-lah, kurang ganteng-lah, kurang mapan-lah, belum lulus-lah. Oke satu, yang bilang nggak pantes itu kalian lihat dari apanya? Semuanya relatif. Pantas atau tidaknya itu dilihat dari hati masing-masing, doakan saja semoga diridhoi Allah. Dua, kecepetan? Nggak. Tiga, ngejar nikahan kembaran, enggak sama sekali. Saya nikah taun depan atau dua tahun lagi juga nggak papa. Asal jelas, dia serius. Nggak main-main. Nggak cuma asal macarin, takut kalau orang tua nyuruh nemuin, lalu ninggalin dengan alasan nggak yakin. Empat, kurang ganteng itu juga relatif. Lagian saya bukan orang yang suka liat cowok dari luarnya. Kalau nggak percaya coba kepoin mantan2 saya dulu, mana ada yang bener diliatnya. Yang penting rapi aja gitu. (emang yang ini rapi? Ehm) Sebenarnya poin 4, 5, 6 nggak terlalu penting karena itu emang bisa dikembangin atau dibenerin lagi. Tinggal nunggu waktu aja. Seiring waktu berjalan, manusia pasti akan terus berkembang. Manusiawi.

Yaa kita doakan saja semoga Allah meridhoi, lancar semua urusannya. Lulusin skripsinya mudahin kerjanya biar tidak dipandang sebelah mata. Biasa laaaah. Jaman udah mulai kapitalis gini. Kalau cari bojo katanya harus yang mapan dulu, bukan yang siap dulu. Lalu dimana belajar dari nol-nya? Sedikit sharing saja, sih. Nggak sependapat juga nggak papa. Dan tetap aminkan untuk doa-doanya. Amin. Wkwk

Namanya Bagas.

Dor.

2 komentar:

  1. SUKAK mbaak. . Setuju.. �� hidup itu sawang sinawang. Ga akan ada habisnya kalo nurutin manusia. Bismillah, semoga dilancarkan smp hari H yaaa ��

    BalasHapus

Kasih masukan aja gak papa. Tambahin pendapat juga gak papa. Kalo ada pendapat lain sampein aja. Kritik aja juga gak papa. Terserah mau nulis apa deh, biar rame. Oke? *peluk cium dari header*